Harapan kami, Owa Jawa yang sudah dilepasliarkan mampu meramaikan kembali Hutan Lindung Malabar...
Jakarta (ANTARA) - Pertamina EP (PEP) Subang Field bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Yayasan Owa Jawa kembali melepasliarkan Owa Jawa dalam rangka memperingati Hari Konservasi Alam Nasional yang jatuh setiap 10 Agustus.

Senior Manager Pertamina EP Subang Field Ndirga Andri Sisworo dalam keterangannya, di Jakarta, Kamis, menyatakan konservasi Owa Jawa termasuk dalam program pelestarian keanekaragaman hayati yang diusung perusahaan.

Selain itu, juga merupakan bagian dari dukungan untuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) poin 15, yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan ekosistem darat berkelanjutan dan menghambat hilangnya keanekaragaman hayati.

"Harapan kami, Owa Jawa yang sudah dilepasliarkan mampu meramaikan kembali Hutan Lindung Malabar, berketurunan dan membentuk populasi yang stabil sehingga terhindar dari kepunahan," kata Ndirga.

Pelepasliaran Owa Jawa tersebut telah berjalan sejak 2013. Pelepasliaran kali ini adalah yang kesembilan kalinya, dengan total 42 Owa Jawa sudah dikembalikan ke habitat asalnya.

Kontribusi PEP Subang Field meliputi persiapan pengenalan habitat, pelepasliaran, pengamanan hingga pemantauan kondisi Owa Jawa untuk bertahan hidup di habitat natural.

Pada Sabtu (10/8) bertepatan dengan Hari Konservasi Alam Nasional, terdapat sepasang Owa Jawa yang dilepasliarkan, yakni Joan dan Mowgli yang masing-masing berumur 7 tahun.

Selain mereka, masih ada lagi satu keluarga Owa Jawa yang juga dilepasliarkan. Kini, kedua keluarga Owa Jawa tersebut akan memulai hidup bebas di habitat alaminya di Gunung Puntang, Kabupaten Bandung setelah direhabilitasi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Begitu pintu dibuka, Joan, si betina, tanpa ragu melangkah keluar dari kandang habituasi berukuran 40 meter persegi, tak lama dia sudah asik berayun di pepohonan. Ia meninggalkan dinding bertiang bambu dilapisi kawat yang menjadi rumahnya selama sekitar 2 bulan terakhir.

Sedangkan, Mowgli, sang jantan, masih bertahan di dalam rumah kayu di dalam kandang. Ia memastikan kondisi di luar aman setelah pasangannya, Joan melakukan inspeksi di Kawasan Hutan Lindung Malabar, Gunung Puntang, Bandung Selatan.

Sebelumnya, total lima ekor Owa Jawa itu disita dari kegiatan eksploitasi masyarakat. Lalu kelimanya menjalani rehabilitasi masa habituasi selama sekitar 8 bulan.

Selama di pusat rehabilitasi, kondisi kesehatan, fisik, dan perilaku satwa dipantau secara intens untuk mengembalikan sifat-sifat liar Owa Jawa, seperti mampu mencari makan sendiri, takut terhadap manusia, memiliki kemampuan untuk menghindar dari pemangsa dan tentunya berkembang biak.

Momen pelepasliaran tersebut turut dihadiri pemangku kepentingan konservasi Oowa Jawa, di antaranya Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Perum Kehutanan Negara, Yayasan Owa Jawa serta pemerintah dan organisasi masyarakat lokal.

Populasi Owa Jawa (Hylobates moloch) diperkirakan tinggal sekitar 2.000-4.000 ekor saja di dunia, sehingga primata tersebut menjadi salah satu satwa yang dilindungi dan masuk dalam daftar merah IUCN dengan status terancam punah (endangered) serta daftar Apendiks I CITES.

Persebaran Owa Jawa kini hanya terbatas di Pulau Jawa bagian barat dan menjadikannya spesies Owa paling langka di dunia.
Baca juga: Sinergi Konservasi Bali Safari dengan BKSDA - Penyelamatan Spesies Eksotis Owa Jawa
Baca juga: TNGGP minta maaf terkait video macan tutul dan macan kumbang

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024