Masih banyak isu yang harus dihadapi terkait AI, sehingga perlu pelatihan kepada para pendidik tentang kecerdasan buatan
Jakarta (ANTARA) - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) mendorong para dosen untuk dapat menyikapi kecerdasan buatan generatif atau generative AI dengan lebih bijak, melalui pemanfaatan dari perkembangan teknologi tersebut, namun tetap kritis dan beretika dalam pemanfaatannya.

Untuk itu, UI melaksanakan lokakarya generative AI untuk para dosen yang diisi oleh Chief AI and Data Officer di Center of AI Research Asian Institute of Management, Filipina, Prof. Erika Fille T. Legara.

Baca juga: Investasi digital di bidang AI dukung pertumbuhan ekonomi nasional

"Teknologinya masih belum sempurna. Jadi apa yang kita lakukan di kampus? Saya sebenarnya mendorong siswa saya untuk menggunakan generative AI karena dunia kerja di luar sana sudah menggunakannya. Namun, saya memberikan peringatan dan memastikan bahwa cara saya menilai mereka sudah sangat berbeda. Jadi, pedagoginya juga harus berubah," kata Legara dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, masih banyak isu yang harus dihadapi terkait AI, sehingga perlu pelatihan kepada para pendidik tentang kecerdasan buatan.

“Ada begitu banyak isu yang harus kita hadapi, salah satunya kesenjangan keterampilan di antara para pendidik. Mudah-mudahan, kita semua dapat bekerja sama untuk membantu meningkatkan dan melatih kembali para pendidik sehingga kita benar-benar dapat menjadi jauh lebih efektif dalam membentuk masa depan pendidikan dengan kecerdasan buatan,” ucapnya.

Legara mengemukakan, pihak pendidik perlu memastikan para siswa tidak terlalu bergantung pada kecerdasan buatan karena teknologi-teknologi tersebut masih belum sempurna dan banyak membuat kesalahan.

"Kita perlu menavigasi atau membatasi pemanfaatan generative AI dengan bijak karena pendidik maupun siswa harus kembali kepada nilai-nilai dasar pendidikan, mengingat dunia pendidikan tidak dapat menghentikan penggunaan teknologi. Jadi, ini adalah jalan yang sangat menantang dan saya pikir itu harus dimulai dengan mengedukasi para pendidik," ujar dia.

Baca juga: Ratusan pasis Seskoau kunjungi China pelajari AI di bidang pertahanan

Ia juga menekankan, dengan memahami bahwa generative AI dapat membuat kesalahan, akan membuat pendidik maupun siswa menjadi jauh lebih waspada.

"Pada akhirnya, kita harus mengkaji ulang apa yang dihasilkan oleh mesin karena kita tetap harus bertanggung jawab. Kita juga harus juga berlaku transparan dan bertanggung jawab saat menggunakan sistem AI dalam proses yang kita lakukan," tuturnya.

Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FEB UI Arief Wibisono Lubis menyampaikan FEB UI telah menyiapkan dan menetapkan kebijakan dalam merespons segala perubahan termasuk kecerdasan buatan generatif melalui Center for Education and Learning in Economics and Business (CELEB) FEB UI.

“FEB UI sudah menjadi sekolah bisnis yang terakreditasi internasional yang sangat perhatian dengan generative AI yang semakin berkembang. Di FEB UI kami sudah meluncurkan dan juga membuat kebijakan terkait generative AI, sehingga civitas akademika dapat memanfaatkannya secara etis dan bertanggung jawab,” katanya.

Dengan begitu, kata dia, SDM yang dipersiapkan FEB UI dapat memanfaatkan keunggulan generative AI secara optimal namun tetap beretika dan bertanggung jawab.

Baca juga: Wamenkominfo: Kolaborasi akan memampukan Indonesia jadi pusat AI ASEAN

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024