WSJ pada Kamis melaporkan bahwa mantan Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Valerii Zaluzhnyi mengabaikan perintah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk menghentikan operasi peledakan pipa Nord Stream setelah pemimpin Ukraina itu diminta untuk menghentikan operasi tersebut oleh CIA.
Setelah CIA meminta Kiev menghentikan operasi tersebut, Zelenskyy memberikan perintah serupa kepada Zaluzhnyi, tetapi Zaluzhnyi mengabaikannya, dan tim yang dibentuk Zaluzhnyi mengubah rencana awal, kata laporan itu.
Rencana untuk meledakkan Nord Stream awalnya disetujui oleh Zelenskyy dalam beberapa hari, serta semua perintah mengenai operasi tersebut diberikan secara lisan agar tidak meninggalkan bukti apa pun, menurut surat kabar tersebut.
Empat pejabat senior pertahanan dan keamanan Ukraina yang mengambil bagian dalam sabotase atau memiliki akses langsung terhadap informasi mengenai operasi ini, mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa Kiev menganggap jaringan pipa gas sebagai target serangan yang sah.
Ledakan di dua jaringan pipa ekspor gas Rusia ke Eropa, Nord Stream dan Nord Stream 2, terjadi pada 26 September 2022.
Jerman, Denmark, dan Swedia tidak mengesampingkan adanya sabotase yang ditargetkan. Nord Stream AG, operator Nord Stream, melaporkan bahwa kerusakan pada jaringan pipa belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak mungkin memperkirakan jangka waktu perbaikan.
Kantor Kejaksaan Agung Rusia telah membuka penyelidikan atas tindakan terorisme internasional.
Sumber: Sputnik-OANA
Baca juga: Jerman perintahkan penangkapan WN Ukraina terkait sabotase Nord Stream
Baca juga: Lavrov: Rusia akan kawal penyelidikan ledakan pipa gas Nord Stream
Baca juga: Putin tuding AS dalangi "serangan teroris" ke jalur pipa Nord Stream
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024