BRGM berharap pakar Unri membantu menyiapkan perencanaan tepat aspek biofisik dan sosial untuk mengelola hamparan lahan terdampak banjir laut ini.
Pekanbaru (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) berharap Universitas Riau (Unri) menyiapkan perencanaan yang tepat dalam mengelola 1.700 hektare (ha) lahan kebun kelapa masyarakat terdampak banjir laut di Kuala Selat, Kecamatan Kateman, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau

"BRGM berharap pakar Unri dapat membantu menyiapkan perencanaan tepat meliputi aspek biofisik dan aspek sosial untuk mengelola hamparan lahan yang terdampak banjir laut ini," kata Deputi IV BRGM Gatot Soebiantoro, di Pekanbaru, Kamis.

Menurut Gatot, BRGM menggandeng para peneliti dari Pusat Unggulan Iptek (PUI) Gambut untuk menemukan pendapat tentang strategi pengelolaan lahan perkebunan kelapa yang terdampak air laut itu.

Kebun kelapa merupakan andalan kehidupan masyarakat setempat, katanya menyebutkan, maka kejadian ini tentu saja menimbulkan dampak sosial yang sangat signifikan.

"BRGM mengemban amanah restorasi gambut dan mangrove sangat berkepentingan untuk ikut turun tangan memitigasi bencana pesisir yang berskala besar ini," katanya pula.

Ketua PUI Gambut dan Kebencanaan Sigit Sutikno berpendapat bahwa kebobolan tanggul daratan yang telah dibuat dari tanah oleh masyarakat mengakibatkan air laut dapat leluasa menjangkau hingga jauh ke darat di lokasi yang terdampak, sehingga kerusakan kebun kelapa masyarakat semakin meluas.

"Banjir secara fundamental mengubah kondisi lahan kebun kelapa, sehingga kemungkinan tidak sesuai lagi untuk lahan budi daya. Pada lain pihak memberikan harapan akan kemungkinan mangrove tumbuh kembali secara alamiah atau melalui rehabilitasi," katanya lagi.

Butuh rekayasa mempercepat proses rehabilitasi mangrove, di antaranya dengan mengupayakan percepatan akumulasi sedimen melalui pembuatan struktur pemecah ombak.

Peneliti PUI Gambut dan Kebencanaan Ahmad Muhammad mengatakan kemungkinan proses ekologis yang bisa mengakibatkan lahan bekas kebun kelapa tersebut menjadi hamparan padang piai (Acrostichum aureum), sejenis tumbuhan paku yang sangat invasif.

"Apabila tumbuhan ini lebih dulu menguasai permukaan lahan bekas kebun kelapa tersebut, maka peluang terjadi regenerasi mangrove secara alamiah minim dan apabila harus dilakukan rehabilitasi akan membutuhkan banyak upaya untuk membersihkan jenis paku-pakuan ini terlebih dahulu," katanya.

Guru besar ilmu tanah UGM Azwar Maas mengatakan paling berbahaya adalah zat besi teroksidasi menjadi pirit yang berpotensi menjadi racun bagi semua tumbuhan termasuk mangrove.
Baca juga: BRGM fasilitasi pemasaran 40 produk gambut ke gerai oleh-oleh di Riau
Baca juga: BRGM fasilitasi budi daya pertanian lahan tanpa bakar di Rokan Hilir

Pewarta: Frislidia
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024