New Delhi (ANTARA) - India merayakan Hari Kemerdekaan ke-78 pada Kamis dengan menghadapi berbagai masalah keamanan perbatasan, angka pengangguran dan perubahan politik di kawasan tersebut, kata seorang analis.
"Secara internal, India memiliki banyak tantangan berat," kata analis ahli yang berkantor di New Delhi, Niranjan Sahoo kepada Anadolu.
Pernyataan Sahoo dilatarbelakangi oleh Perdana Menteri Narendra Modi yang untuk pertama kalinya sejak terpilih pada 2024, berpidato di hadapan rakyat dari benteng bersejarah Red Fort (Benteng Merah) dengan mandat politik yang berkurang.
Sahoo menuturkan bahwa hasil pemilihan umum pada Juni memberi Partai Bharatiya Janata (BJP) 240 kursi di Lok Sabha atau majelis rendah parlemen. Jumlah itu hanya kurang 32 kursi dari mayoritas yang dibutuhkannya untuk membentuk pemerintahan sendiri.
Hanya dengan dukungan para mitranya, lanjutnya, pemerintahan yang dipimpin Modi mampu mengamankan masa jabatan ketiganya dengan 293 kursi.
Menurutnya, tantangan utama pemerintahan India adalah adalah mengamankan perbatasan Jammu, Kashmir, dan Ladakh yang berhadapan dengan China, serta menjaga stabilitas politik di Manipur,serta Jammu dan Kashmir yang bergejolak.
Negara bagian Manipur di timur laut India mengalami bentrokan etnis tahun lalu, sementara Jammu dan Kashmir tetap tidak memiliki pemerintahan terpilih sejak 2018.
India dan China juga terlibat dalam sengketa perbatasan di sepanjang Garis Kontrol Aktual di Ladakh.
Baca juga: Berbalas tolak wartawan dan dinamika hubungan India-China
“Wilayah perbatasan India, khususnya wilayah timur laut, menghadapi tantangan paling serius akibat situasi tegang di Myanmar dan Bangladesh,” katanya.
Sahoo juga mengatakan bahwa peningkatan pengangguran, khususnya pengangguran di kalangan pemuda di wilayah utara yang demografinya signifikan, menjadi masalah besar bagi para pembuat kebijakan di New Delhi.
Meskipun pemerintah Modi mengeklaim telah menciptakan jutaan lapangan kerja dalam beberapa tahun terakhir, dirinya menilai hal itu hampir tidak meningkatkan rasa percaya diri, mengingat banyaknya protes pemuda yang telah disaksikan di negara bagian utara dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut data pemerintah yang dirilis pada bulan Juli, tingkat pengangguran di negara dengan populasi terpadat di dunia tersebut telah mengalami tren penurunan selama bertahun-tahun.
Lebih lanjut Sahoo mengatakan pengungsi dan tantangan migrasi ilegal sangat nyata dan rumit, mengingat situasi berubah secara dramatis di negara tetangga Bangladesh dan Myanmar.
Myanmar yang terjerat dalam konflik etnis internal, telah menyaksikan orang-orang berlindung di India. Lalu, sekutu lama India yakni mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina melarikan diri dari ibu kota Dhaka dan tinggal di New Delhi setelah aksi protes mematikan yang mengakhiri kekuasaannya selama 15 tahun.
Selain itu dengan adanya perkembangan di Maladewa yang memulangkan tentara India dan sekarang di Bangladesh, analis tersebut mengatakan kebijakan lingkungan sekitar India menghadapi tantangan paling berat. Sehingga, New Delhi harus berusaha lebih keras untuk mengatur ulang kebijakan tersebut.
Sumber : Anadolu-OANA
Baca juga: Inggris dan India meluncurkan inisiatif keamanan teknologi bersama
Baca juga: India akan terus pulangkan warga Myanmar yang melarikan diri
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024