Persoalan cedera

Salah satu jawaban yang kerap diutarakan ketika timbul pertanyaan soal rapuhnya lini belakang MU pada musim 2023-2024 adalah cedera.

Pemain-pemain MU termasuk para bek rajin keluar masuk ruang perawatan. Contohnya, pada Oktober 2023, atau sekitar dua bulan setelah musim 2023-2024 bergulir, sembilan pemain MU mengalami cedera di mana enam di antaranya berstatus bek yaitu Lisandro Martinez, Aaron Wan-Bissaka, Luke Shaw, Tyrell Malacia, Sergio Reguilon dan Raphael Varane.

Kondisi demikian membuat Ten Hag harus terus memeras pengetahuannya supaya bisa menurunkan pemain-pemain yang pas agar MU tidak menjadi bulan-bulanan.

Sebagai salah satu solusi, juru taktik asal Belanda itu bahkan harus menempatkan Casemiro sebagai bek tengah.

Di luar cedera, permasalahan lain yang meliputi MU pada musim 2023-2024 adalah performa. Bek senior layaknya Maguire kerap melakukan kesalahan yang merugikan.

Itu ditambah lagi penampilan kiper Andre Onana yang angin-anginan. Onana, yang musim sebelumnya membawa Inter Milan ke final Liga Champions UEFA, terasa sulit mengemban jejak positif yang ditinggalkan kiper MU sebelumnya, David de Gea.

Sebagai penjaga gawang dengan kemampuan distribusi bola yang baik, Onana belum terbiasa dengan atmosfer Liga Inggris pada musim perdananya.

"Saya mengetahui kemampuan diri saya sebagai penjaga gawang yang butuh setidak-tidaknya enam atau tujuh bulan untuk merasakan kenyamanan, bukan untuk bermain bagus," ujar Onana, seperti dilaporkan ESPN pada tahun 2024.

Pelatih Manchester United Erik ten Hag. ANTARA/AFP/Stian Lysberg Solum/aa.
Baca juga: Soal transfer pemain, Ten Hag hanya ingin MU miliki tim sekuat mungkin

Sementara berdasarkan media olahraga ternama Amerika Serikat, The Athletic, MU pada musim 2023-2024 merupakan tim yang paling rentan kebobolan dari skema umpan tarik (cut back).

Sepanjang musim itu, menurut The Athletic, MU menerima 60 kali peluang "cut back" yang dilancarkan lawan dan delapan kali kebobolan dari upaya tersebut.

Catatan MU tersebut hanya lebih baik dari tim yang akhirnya terdegradasi yakni Sheffield United (kebobolan 12 gol dari umpan tarik) dan Burnley (11 gol).

The Athletic menyatakan, itu terjadi karena lemahnya kemampuan para pemain MU menutup ruang serang lawan saat para beknya turun mendekati gawang.

"Kurangnya proteksi di ruang antara bek yang turun dan lini tengah membuat MU secara konsisten dapat dieksploitasi oleh lawan," tulis The Athletic.

The Athletic juga menilai MU sering terkendala ketika menghadapi serangan balik lawan. Ini menjadi risiko dari gaya permainan MU di bawah Ten Hag yang mengandalkan penguasaan bola.

Ganjalan-ganjalan teknis itu, juga termasuk MU untuk membongkar pertahanan lawan dengan kemampuan individu, berujung pada gagalnya MU menampilkan diri sebagai klub legendaris dan salah satu yang terbaik di dunia pada musim 2023-2024.

Baca juga: Ten Hag tak pusingkan cedera Hojlund dan Yoro

Selanjutnya: Solusi Ten Hag

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024