Washington (ANTARA) - Amerika Serikat mengatakan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) bertanggung jawab menghadiri perundingan perdamaian yang dimediasi oleh AS di Jenewa, namun militer Sudan tersebut belum setuju untuk mengikuti pembicaraan -- yang dimulai pada Rabu (14/8). 

"Kami telah menekankan bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk berada di sana dan kami akan terus memperjelasnya," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel kepada wartawan, Rabu.

Patel mengatakan ada sejumlah negara terkait yang benar-benar menginginkan konflik di Sudan dihentikan, dan AS menyambut baik negara mana pun yang memiliki tujuan serupa untuk berpartisipasi dalam pembicaraan tersebut. 

Dia mengatakan sesi pembukaan perundingan yang berlangsung pada Rabu di Jenewa dihadiri oleh mitra internasional dan teknis, serta perwakilan dari Swiss, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Uni Afrika, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Kami hadir dengan fokus utama memastikan SAF (Angkatan Bersenjata Sudan) dan RSF (Pasukan Dukungan Cepat) mematuhi komitmen mereka di Jeddah," ucap Patel.

"Dalam deklarasi Jeddah, baik SAF maupun RSF berkomitmen untuk memperluas diskusi guna mencapai penghentian permusuhan secara permanen," ujarnya, mengingatkan.

Sudan terperosok dalam pertempuran antara tentara yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, yang adalah ketua Dewan Kedaulatan yang berkuasa -- dikenal sebagai SAF -- serta dan RSF yang dipimpin oleh mantan wakilnya, Mohamed Hamdan Dagalo.

Situasi di negara itu masih mengerikan di tengah konflik yang telah menewaskan hampir 18.800 korban dan menyebabkan hampir 10 juta orang mengungsi sejak April 2023, menurut data PBB.

Pihak penyelenggara perundingan mengatakan pembicaraan bisa berlangsung hingga 10 hari di sebuah lokasi, yang dirahasiakan di Swiss. Acara itu tidak terbuka untuk umum.
 

Sumber: Anadolu

Baca juga: AS umumkan sanksi awal terhadap pelaku perang Sudan

Baca juga: Seorang warga AS tewas di tengah konflik militer di Sudan


 

Konflik berkepanjangan di Sudan ciptakan krisis kemanusiaan

 

Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024