Banyumas (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, bersama Komando Distrik Militer 0701/Banyumas menggelar simulasi penanganan bencana erupsi Gunung Slamet di Lapangan Rempoah, Kamis.
Dalam simulasi tersebut digambarkan kegiatan rapat koordinasi antara Bupati Banyumas dan instansi terkait lainnya guna membahas peningkatan aktivitas Gunung Slamet yang menyebabkan statusnya ditingkatkan dari "Normal" (level I) menjadi "Waspada" (level II) oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Selang beberapa hari kemudian, PVMBG kembali meningkatkan status Gunung Slamet menjadi "Siaga" (level III).
Pemkab Banyumas yang telah melakukan berbagai persiapan sejak Gunung Slamet berstatus "Waspada" segera mengambil tindakan guna mengevakuasi warga di sejumlah desa yang terdampak bencana erupsi gunung itu.
Warga yang mendengar bunyi kentongan dan sirine tanda bahaya pun segera berlarian meninggalkan rumah masing-masing menuju titik kumpul sebelum dievakuasi ke tempat pengungsian sementara yang berlokasi di Lapangan Rempoah, Kecamatan Baturraden, menggunakan truk dan mobil bak terbuka.
Sesampainya di tempat pengungsian sementara, para relawan segera mendata para pengungsi guna mengetahui kemungkinan masih adanya warga yang tertinggal di desanya maupun yang sakit.
Terkait simulasi tersebut, Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan bahwa kegiatan itu merupakan salah satu siklus kesiapsiagaan dalam penanganan bencana dan menjadi salah satu dari sembilan kegiatan yang digunakan dalam tahapan kesiapsiagaan.
"Hal ini juga mengisyaratkan bahwa kegiatan kesiapsiagaan bencana seharusnya tidak pernah berhenti. Ini harus dianggap seolah-olah setiap hari akan terjadi bencana," katanya.
Menurut dia, kegiatan simulasi ini juga penting untuk meningkatkan pengetahuan penanganan bencana oleh pemerintah dan masyarakat.
Dengan demikian, kata dia, dampak negatif dari kemungkinan erupsi Gunung Slamet dapat diminimalisasi.
Dalam kesempatan terpisah, Asisten Perekonomian Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat (Asekbangkesra) Sekretaris Daerah Banyumas Didi Rudwianto mengatakan bahwa kegiatan simulasi tersebut digelar untuk melatih kesiapsiagaan masyarakat jika sewaktu-waktu terjadi bencana erupsi Gunung Slamet.
"Jadi, masyarakat akan tahu apa yang harus dilakukan dan dimana mereka akan berkumpul, mereka tidak perlu pulang dulu ke rumah masing-masing ketika mendengar tanda bahaya. Bahkan, Pak Bupati mengharapkan simulasi ini dapat digelar secara rutin," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa berdasarkan pendataan, di Kabupaten Banyumas terdapat 35 desa di tujuh kecamatan yang masuk wilayah rawan bencana erupsi Gunung Slamet.
Akan tetapi dari 35 desa yang masuk daerah rawan, kata dia, terdapat tujuh desa di tiga kecamatan yang paling rawan terkena erupsi Gunung Slamet, yakni Desa Melung (Kecamatan Kedungbanteng), Ketenger, Karangmangu, Kemutug Lor, dan Karangsalam (Baturraden), serta Limpakuwus dan Gandatapa (Sumbang).
Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas Prasetyo Budi Widodo mengatakan bahwa simulasi tersebut melibatkan sekitar 800 personel dari berbagai instansi dan 700 warga dari empat desa terdampak erupsi Gunung Slamet, yakni Ketenger, Karangmangu, Kemutug Lor, dan Karangsalam, Kecamatan Baturraden.
Secara keseluruhan, kata dia, jumlah warga yang kemungkinan terkena dampak erupsi Gunung Slamet sekitar 40 ribu orang yang tersebar di tujuh desa dari tiga kecamatan.
"Namun dalam simulasi ini, kami hanya melibatkan masyarakat dari empat desa di Kecamatan Baturraden," katanya.
Berdasarkan data PVMBG, pada hari Kamis (27/3), pukul 00.00-06.00 WIB, secara visual kondisi cuaca Gunung Slamet terpantau terang, angin bertiup tenang, dan berkabut.
Saat terang, teramati asap putih tebal dengan ketinggian 100-150 meter dan dua kali letusan asap berwarna kelabu tebal dengan ketinggian 1-1,2 kilometer condong ke timur.
Sementara dari sisi kegempaan tercatat 78 kali gempa embusa dan tiga kali gempa letusan dengan lama 24-35 detik.
Oleh karena itu, PVMBG masih menetapkan status "Waspada" terhadap Gunung Slamet dan masyarakat dilarang beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari puncak.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014