Semarang(ANTARA News) - Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Kota Semarang, Agung Wahono, mengatakan, minimnya pasokan energi listrik mengganggu industri tekstil terkait dengan seringnya pemadaman listrik di tengah produksi yang berpotensi mengakibatkan kebakaran.
"Pabrik tekstil itu berbeda dengan pabrik yang lain, tidak bisa berhenti sejenak karena listrik padam lantas lanjut lagi karena resikonya sangat berbahaya," ujarnya di Semarang, Kamis.
Sejauh ini banyak anggota API yang mengeluhkan kurangnya pasokan listrik dan diharapkan solusi segera dari Pemerintah.
Beberapa waktu lalu audit oleh BPK terhadap PLN juga mengganggu cashflow para pelaku industri tekstil, katanya, mengenai kebijakan tersebut seharusnya Pemerintah lebih tegas.
Mengenai PLTU Batang diharapkan bisa segera dikerjakan, menurutnya, kondisi tersebut juga berdampak pada produksi industri.
"Sebetulnya Gubernur sudah memberikan solusi tentang penggantian lahan penggarap, tapi sejauh ini juga belum berjalan," ujarnya.
Sementara itu, perwakilan dari Kadin Jateng Joni TS mengatakan seharusnya ketersediaan energi gas alam bisa menjadi solusi dari keterbatasan energi listrik tersebut.
"Bisa juga menggunakan gas alam yang tentu secara biaya akan lebih murah, seharusnya ada diskusi dengan akademisi dan ilmuwan mengenai solusi lain untuk kebutuhan pasokan energi ini," ujarnya.
Terkait penghematan energi beberapa waktu lalu diberitakan Antara Jateng Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng telah memberikan pelatihan penghitungan energi yang diikuti oleh sejumlah perusahaan besar.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Tengah Edison P Ambarura mengatakan penghematan energi mutlak dilakukan untuk mengatasi kelangkaan energi yang semakin serius mengingat pertumbuhan kebutuhan tersebut semakin tinggi.
(KR-AWA)
Pewarta: Aris Wasita W
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014