Jakarta (ANTARA) - Konselor laktasi dr. Yulia Muliaty mengimbau 
kepada para ibu menyusui yang bekerja agar tetap melakukan "direct breastfeeding" (DBF) atau menyusui secara langsung segera saat tiba di rumah demi menjaga kestabilan produksi ASI.

Selain itu, menurut Yulia, meskipun sibuk bekerja, menyusui harus tetap menjadi prioritas para ibu demi tumbuh kembang anak yang lebih optimal.

“Balik lagi, sadari tujuan bekerja itu apa? Kalau untuk sekolah kan itu nanti ya. Tapi pertumbuhan otak dan akal anak itu sekarang. Jadi harus tau prioritasnya," kata ​​​​​​​Yulia dalam diskusi daring yang digelar Puskesmas Kramat Jati, Kamis.

Jika ibu tak segera menyusui anak saat tiba di rumah dan mengandalkan ASI perah, Yulia menjelaskan, hal itu tak hanya akan mengurangi produksi ASI, namun anak juga akan merasa sedih.

Sebab, meski bayi tampak belum mengerti, dia dapat merasakan kehadiran ibunya. Sehingga bayi dapat sedih jika melihat ibunya pulang bekerja namun tak segera menyusui.

Baca juga: Pahami manfaat ASI eksklusif untuk tingkatkan semangat ibu

Tak hanya bermanfaat untuk meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, DBF juga bisa merangsang produksi ASI.

Yulia menjelaskan, proses DBF merupakan yang paling optimal untuk merangsang ASI. Namun sayangnya hal ini jarang diketahui para ibu.

Jika ibu bekerja hanya mengandalkan pompa, maka produksi ASI dapat berkurang dan stok ASI bisa hilang seiring waktu.

“Jadi jangan karena capek, kita kasih yang sudah dipompa. Ingat, stok ASI perah itu hanya digunakan saat ibu nggak ada,” kata Yulia.

Baca juga: Imbauan dokter agar ibu bekerja sukses beri ASI eksklusif pada bayi

Selain itu, walau bekerja, Yulia mengimbau agar ibu juga perlu memperhatikan waktu "skin to skin" dengan bayi. Sebab hal ini juga bisa meningkatkan produksi hormon pada ibu dan bayi.

Sehingga, meski ibu bekerja, anak juga dapat merasakan kasih sayang sang ibu serta pertumbuhan dan perkembangannya dapat optimal.

​​​​​​​“Semua kebaikan itu akan kembali pada kita. Susah payah kita sekarang akan kita tuai saat mereka sudah di usia 40 tahun lebih," katanya.

Tak ada yang namanya "ujuk ujuk". "'Ujuk-ujuk' soleh, ujuk-ujuk berbakti. Karena dia akan lihat sebesar apa pengorbanan ibunya," kata Yulia.

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024