Manuskripnya macam-macam ada tafsir, Al Quran, fikih, tasawuf, itu semua di Kementerian Agama
Surabaya (ANTARA) - Puslitbang Lektur, Khazanah, Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Balitbang Diklat Kementerian Agama menyatakan bahwa manuskrip keagamaan nusantara yang ada di Kemenag akan terhubung dengan berbagai lembaga naskah kuno dunia agar bisa diakses secara global.    

"Kita memiliki program pengarusutamaan manuskrip nasional dan global. Kenapa global? Karena kita kan sudah nge-link ke Purpusnas, ke BRIN, ke Kemendikbud, dan ke ANRI. Nanti nge-link juga dengan global," ujar Kepala LKKMO Moh. Isom di Surabaya, Kamis.    

Isom mengatakan bahwa Kemenag tengah melakukan pengalihwahanaan (digitalisasi) manuskrip kuno. Saat ini sudah ada sekitar 3.000-an manuskrip kuno keagamaan yang ada di Kemenag.   

Seluruh manuskrip yang telah dialihwahanaan ini terhubung dengan manuskrip yang ada di Perpusnas, BRIN, Kemendikbud, maupun ANRI. Sehingga bisa saling akses satu sama lain dalam satu wadah yang sama.  

Ke depan, manuskrip keagamaan kuno ini juga akan terhubung dengan berbagai lembaga yang mengurus naskah kuno seperti DreamSea dari British Library, KITLV Leiden University, University of Hamburg Berlin, serta Arcadia Foundation.

"Nanti akan kita nge-link. Prinsipnya kita itu bekerja sama, kolaboratif. Yang namanya ilmu itu punya semua. Ilmu itu untuk kemanusiaan dan ilmu itu untuk manusia. Jadi kita bisa saling berbagi. Jadi ini demi membangkitkan kembali keilmuan," katanya.

"Manuskripnya macam-macam ada tafsir, Al Quran, fikih, tasawuf, itu semua di Kementerian Agama," kata Isom menambahkan.

Ia menyoroti pentingnya menjaga warisan budaya berupa manuskrip agar tidak hilang, rusak, dan tercecer begitu saja. Selain itu, ini sebagai upaya konkret untuk menjaga keberlanjutan dan keaslian warisan budaya bangsa.

Isom menyebut perlunya penanganan khusus terhadap manuskrip asli yang rentan terhadap kerusakan akibat beberapa faktor seperti tinta yang luntur, rusaknya bahan media yang digunakan, bencana alam, dan sebagainya.

Masalah lain, lanjut Isom, adalah penyebaran manuskrip yang tidak terpusat. Banyak manuskrip yang masih dimiliki oleh perorangan atau individu yang tidak dijaga secara profesional.

Baca juga: Kemenag terjemahkan Al Quran ke empat bahasa daerah tahun ini
Baca juga: INOVASI: Balitbang Diklat bisa gandeng mitra lokal perkuat pelatihan
Baca juga: Menag apresiasi Balitbang mampu jalankan transformasi digital

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024