Batam (ANTARA News) - "Small little red dot" (titik merah kecil) telah disalahartikan padahal kata BJ Habibie istilah itu dilontarkannya tahun 1980-an untuk mengajak pemuda Indonesia belajar dari Singapura--negeri yang hanya setitik (kecil) tetapi unggul. "Radio Singapore International", Selasa, memberitakan, kepada wartawan, Habibie mengatakan, "The people quoted wrong. I was at that time giving a lecture to the Indonesian youth. I told them to take as an example Singapore to your country, they are just a dot but their performance... excellent." "Klarifikasi" itu disampaikan BJ Habibie ketika mantan presiden RI itu berada di Singapura selaku anggota Dewan Pakar Bank Pembangunan Islam, di sela-sela pertemuan Dana Moneter Internasional dan Bank Duni. Istilah "small little red dot" di peta dunia dan tetangga yang ditujukan ke Singapura, dikemukakan Habibie Agustus 1988. Setelah itu, sempat membuat hubungan Republik Indonesia-Republik Singapura merendah sebab Singapura merasa dilecehkan, hanya dianggap sebintik merah di antara lautan hijau dua tetangganya, Indonesia dan Malaysia. Di samping pernah menyebabkan kemarahan, "titik merah" itu menjadi pemicu pemimpin dan bangsa Singapura bahwa meski kecil tetapi cabai rawit. Hal itu telah dibuktikan dengan mengakuisi beberapa industri strategis Indonesia, misalnya Indosat. Kini 18 tahun lewat dan Habibie mengilas balik dengan mengatakan perkataan itu diucapkannya pertama kali ketika sebagai Menteri Riset dan Teknologi berpidato tanpa teks di hadapan sejumlah pemuda Indonesia. "Little red dot", tegas Habibie, untuk menunjukkan kepada para pemuda itu bahwa meskipun Singapura kecil tetapi mempunyai visi dengan dukungan sumberdaya manusia yang unggul. Datanglah ke Changi. Mereka pekerja keras dan berdisiplin. Berbeda dengan pemuda yang diceramahinya yang gemar berkelahi satu sama lain dan seharusnya para pemuda itu malu dan belajar dari Singapura. "I told them: look they are just a dot but they have a vision. Just come to Changi. They are hardworking, discipline and so on. They are based on human resource. And you, you have everything but you are fighting each other. You should be ashamed. You should learn from them," kata Habibie.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006