Jakarta (ANTARA News) - Degenerasi makula tipe basah (Wet Age-related Macular Degeneration atau Wet AMD) sering muncul bersama pertambahan usia dan bisa menyebabkan kebutaan pada orang lanjut usia (lansia).
"Penyakit ini sering terjadi seiring bertambahnya usia seseorang dan merupakan penyebab utama kehilangan penglihatan pada orang-orang berusia di atas 50 tahun," kata dokter spesialis mata, dr. Elvioza, SpM dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, degenerasi makula tipe basah terjadi karena bagian tengah retina yang disebut makula rusak, terjadi pertumbuhan tidak normal pada pembuluh darah dari koroid yang terletak di bawah makula.
"Pembuluh darah yang tidak normal ini menyebabkan jaringan parut dan akhirnya dapat terjadi kebutaan total dalam waktu satu tahun" ujarnya.
Untuk mencegah dampak terburuk dari penyakit ini, Elvioza menyarankan deteksi dini.
Deteksi dini dapat dilakukan dengan memeriksakan diri ke dokter spesialis mata setiap enam bulan sampai satu tahun sekali.
Pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan secara mandiri menggunakan alat uji sederhana yang disebut amsler grid.
"Dengan deteksi dini dan pengobatan, kehilangan penglihatan dapat dicegah," katanya.
Ia mengatakan gejala-gejala yang umum dirasakan penderita AMD ialah pandangan yang berbayang, serta distorsi penglihatan (penglihatan kabur dan objek terlihat tidak sesuai dengan bentuk dan ukuran aslinya).
Selain itu, penderita AMD akan melihat garis lurus tampak bergelombang dan ada daerah kosong gelap di pusat penglihatan.
Ia juga mengatakan bahwa penyakit AMD bisa menjadi masalah kesehatan pada masa mendatang karena jumlah penduduk berusia lanjut cenderung bertambah.
Menurut dia, pada 2010 jumlah penduduk Indonesia yang berusia 50 tahun lebih mencapai 18,1 juta atau 9,6 persen dari total populasi. Pada tahun 2025 angka ini diprediksi bertambah 14 persen menjadi 36 juta, salah satunya karena angka harapan hidup meningkat.
Sementara prevalensi AMD di Indonesia sekitar 1,9 juta dari 238 juta dengan insiden per tahun 175 ribu orang, katanya.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014