"Eksternal menjadi salah satu faktor negatif bagi mata uang rupiah terhadap dolar AS. Perlambatan ekonomi beberapa negara seperti Tiongkok, India, dan negara-negara kawasan Euro membuat investor uang lebih memilih dolar AS," ujar pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, pelaku pasar uang di dalam negeri melihat bahwa ekonomi Amerika Serikat menunjukan perbaikan setelah data tingkat kepercayaan konsumen AS mencatatkan kenaikan pada bulan Maret 2014.
"Kinerja dolar AS cukup positif pada Rabu ini. Di sisi lain, ekspektasi positif terhadap data-data ekonomi Amerika Serikat yang akan dirilis pada pekan ini seperti produk domestik bruto (PDB) AS menambah pengaruh baik bagi dolar AS," kata dia.
Ia menambahkan bahwa kebijakan bank sentral AS (the Fed) yang akan menaikan suku bunganya menjadi satu persen pada tahun 2015 mendatang masih membuat khawatir investor keuangan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Pada tahun ini, the Fed juga akan cukup agresif mengurangi stimulus keuangannya dalam bentuk quantitative easing (QE)," ucapnya.
Kendati demikian, Rully mengatakan bahwa pergerakan mata uang rupiah pada Rabu ini dinilai masih cukup stabil menyusul ekspektasi dari pelaku pasar keuangan yang juga positif terhadap data ekonomi Indonesia yang sedianya akan dipublikasikan pada pekan depan.
"Rupiah diperkirakan bergerak konsolidasi," ucapnya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Rabu ini (26/3), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp11.408 dibanding sebelumnya (25/3) di posisi Rp11.357 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014