Jakarta (ANTARA) - Bendera Pusaka Merah Putih pertama kali dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

Melansir dari laman Direktorat Pelindungan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, sejarah Bendera Pusaka Merah Putih berawal pada 7 September 1944 ketika Jepang berjanji memberikan kesempatan kepada pejuang untuk memproklamasikan kemerdekan.

Pada tanggal 12 September 1944, Chuuoo Sangi In (badan yang membantu pemerintah pendudukan Jepang, yang terdiri dari orang Jepang dan Indonesia) menindaklanjuti izin tersebut dengan mengadakan sidang tidak resmi, dipimpin oleh Ir. Soekarno.

Sidang itu menghasilkan kesepakatan pembentukan panitia bendera kebangsaan merah putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Soekarno kemudian memerintahkan Chaerul Basri dari golongan muda mengambil kain dari gudang di Jalan Pintu Air pemberian Pimpinan Barisan Propaganda Jepang (Sendenbu) Hitoshi Shimizu. Kain berbahan katun halus asal Jepang (setara dengan jenis primissima untuk batik tulis halus) berwarna merah dan putih.

Kain tersebut dijahit oleh Fatmawati, istri Soekarno, dengan mesin jahit tangan menjadi sebuah bendera Pusaka Merah Putih usai dia dan keluarganya kembali ke Jakarta dari pengasingan di Bengkulu. Bendera merah putih dengan panjang 300 centimeter dan lebar 200 centimeter.

Panitia bendera kebangsaan merah putih menggunakan warna merah dan warna putih sebagai simbol. Merah berarti berani dan putih berarti suci. 

Selain itu, melansir laman Kementerian Sekretariat Negara RI, berdasarkan catatan sejarah warna merah dan putih terinspirasi dari warna panji atau pataka bendera Kerajaan Majapahit pada abad ke-13.

Bendera Pusaka Merah Putih dikibarkan pertama kali di rumah Presiden Soekarno, di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta, setelah Presiden Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Jumat, 17 Agustus 1945.

Bendera dikibarkan pada tiang bambu oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang dipimpin Kapten Latief Hendraningrat. Saat Bendera Pusaka Merah Putih dinaikkan, lagu Indonesia Raya pun dinyanyikan secara bersama-sama.

Dipisahkan menjadi dua bagian

Tanggal 4 Januari 1946 juga menjadi catatan sejarah Bendera Pusaka Merah Putih. Ketika presiden, wakil presiden, dan para menteri pindah ke Yogyakarta, Bendera Pusaka turut dibawa dan dikibarkan di Gedung Agung.

Ketika Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, Bendera Pusaka sempat diselamatkan oleh Presiden Soekarno dan dipercayakan kepada ajudan Presiden yang bernama Husein Mutahar.

Husein Mutahar membawa serta bendera tersebut ketika mengungsi. Agar tidak disita Belanda, dia melepaskan benang jahitan dan warna merah dan putih pun terpisah.

Husein Mutahar lalu membawa Bendera Pusaka dalam dua tas terpisah.

Pertengahan Juni 1949 ketika berada dalam pengasingan di Bangka, Presiden Soekarno meminta kembali bendera pusaka kepada Husein Mutahar, yang menjahit kembali Bendera Pusaka.

Bendera dibungkus dengan kertas koran lalu diberikan kepada Soejono supaya dikirimkan kepada Presiden Soekarno di Bangka. Presiden dan Bendera Pusaka tiba di ibu kota Republik Indonesia di Yogyakarta pada 6 Juli 1949.

Pada tanggal 28 Desember 1949, sehari setelah penandatanganan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda di Den Haag, Bendera Pusaka disimpan di dalam sebuah peti berukir dan diterbangkan dari Yogyakarta ke Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 40 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia menetapkan bendera itu sebagai Bendera Pusaka, yang dikibarkan setiap upacara Hari Kemerdekaan di Istana Merdeka.

Bendera duplikat

Seiring waktu berjalan, Bendera Pusaka menjadi rapuh sehingga perlu dibuat duplikat. Bendera Pusaka terakhir dikibarkan saat upacara di Istana Merdeka pada 17 Agustus 1968.

Atas permintaan Husein Mutahar, Bendera Pusaka dibuat duplikat, yang dilakukan oleh Tim Pembuat Duplikat Bendera Pusaka di Jakarta. Duplikat pertama dikibarkan hingga 1984.

Duplikat Bendera Pusaka kedua digunakan pada upacara 17 Agustus mulai 1985 hingga 2014. Pada 2015, bendera yang dikibarkan saat upacara di Istana Merdeka adalah duplikat yang ketiga.

Bendera Pusaka Merah-Putih kini disimpan dengan aman dalam vitrin berbentuk trapesium di Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka.

Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024