Jakarta (ANTARA News) - Pikiran pilot pesawat Malaysia Airlines MH370 sedang kacau ketika dia menerbangkan pesawat itu dan kemungkinan dia membawa Boeing 777 untuk "perjalanan terakhir" sebelum jatuh ke Samudera Hindia, kata seorang rekannya sesama pilot kepada New Zealand Herald hari ini.
"Dunia Kapten Zaharie Ahmad Shah runtuh", kata kawan akrabnya. Dia melanjutkan bahwa Zaharie tengah menghadapi masalah keluarga yang serius, termasuk perpisahannya dengan istrinya dan hubungan khususnya dengan seorang perempuan.
Pilot yang meminta New Zealand Herald untuk merahasiakan namanya itu menyebutkan bahwa Kapten Zaharie "marah sekali" ketika istrinya berkata akan meninggalkan dia. Sang pilot yakin Zaharie memutuskan untuk menerbangkan pesawat Malaysia Airlines itu sebagai bagian dari dunia yang tidak pernah dia terbangi.
Polisi sendiri tidak mendapati bukti mencurigakan mengenai Kapten Zaharie yang adalah pilot veteran berpengalaman dengan jam terbang 18.365 jam, demikian pula dengan co-pilot Fariq Abdul Hamid.
Namun pernyataan teman sesama pilotnya itu membersitkan pertanyaan mengenai kondisi kejiwaan sang kapten.
Dia menduga Kapten Zaharie menganggap penerbangan ke Samudera Hindia tersebut sebagai "perjalanan bersenang-senang terakhir", dengan mengarungi rute yang selama ini hanya dia lakukan dalam simulator penerbangan.
Teman baik Kapten Zaharie yang pernah ngobrol beberapa kali ini dengannya ini menyebut Zaharie sebagai fanatik "tiga f", yaitu food (makanan), family (keluarga) dan flying (terbang).
Saat tidak berdinas Zaharie menghabiskan berjam-jam memasak atau memainkan simulator penerbangan buatannya dalam berbagai situasi yang tak bisa dia lakukan selama menerbangkan pesawat komersial sesungguhnya, seperti terbang pada ketinggian paling tinggi atau paling rendah.
Simulator ini sendiri kemudian disita pekan lalu dan tengah dianalisis oleh FBI.
Penyelidikan sejauh ini hanya menunjuk pada kalimat co-pilot "all right, good night" kepada menara pengawas Malaysia dan menyimpulkan pesawat telah terbang secara normal.
Radar militer menjejak pesawat itu berbelok tajam begitu naik ke ketinggian 45.000 kaki (13.716 meter) hingga ketinggian paling rendah 12.000 kaki sebelum hilang.
Kawan sesama pilot tersebut yakin bahwa sang co-pilot telah dilumpuhkan, sedangkan awak pesawat lainnya dibiarkan tetap di luar kokpit.
"Sangat mungkin baik penumpang maupun awak pesawat tidak tahu apa yang sedang terjadi sampai segalanya sudah terlambat," kata dia.
Dia juga yakin hilangnya pesawat Boeing 777 itu terjadi akibat hancurnya hati Kapten Zaharie.
"Dia adalah salah seorang dari pilot terbaik. Saya bukan pakar kesehatan, namun dengan semua yang telah terjadi dalam hidupnya, Zaharie sangat mungkin tidak dalam kondisi sehat pikiran untuk terbang," kata sang pilot seperti dikutip New Zealand Herald.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014