Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menilai persatuan yang kokoh dari seluruh elemen bangsa diperlukan dalam menghadapi ancaman ideologi transnasional.

Dalam kuliah umum di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah pada Selasa (13/8), Deputi I Bidang Pencegahan Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayor Jenderal TNI Roedy Widodo mengatakan urgensi keamanan nasional semakin meningkat dengan adanya ancaman ideologi transnasional.

“Lingkungan kampus, khususnya UNDIP, harus dijaga dari pemahaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme," ujar Roedy seperti dikutip dari keterangan tertulis resmi di Jakarta, Rabu.

Ia berpendapat kampus sebagai pusat pendidikan tinggi merupakan tempat yang sangat strategis bagi pengembangan pemikiran kritis dan inovatif, namun juga rentan disusupi oleh ideologi radikal jika tidak diawasi dengan baik.

Selain itu, Roedy juga mengingatkan bahwa ada pihak-pihak yang tidak senang jika Indonesia damai dan tentram. Pihak yang dimaksud, yakni mereka yang menebarkan teror dan propaganda demi kepentingan merebut kekuasaan.

Berbagai kelompok tersebut, kata dia, menggunakan berbagai cara untuk menyebarkan pengaruhnya, termasuk melalui radikalisme yang berakar pada intoleransi. Pasalnya, sikap intoleransi meyakini kebenaran merupakan milik kelompoknya sendiri dan menafikan kebenaran yang diyakini oleh kelompok lainnya.

Ketika intoleransi diimplementasikan melalui perkataan dan perbuatan, sambung dia, maka lahirlah radikalisme, yang kemudian berkembang menjadi tindakan meresahkan dan merendahkan kelompok lain.

Dia menuturkan radikalisme bisa berkembang menjadi terorisme, yang tujuannya menciptakan ketakutan dan destabilisasi negara. Hal tersebut merupakan imbas dari pencegahan paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme yang belum maksimal.

"Terorisme merupakan tindakan menebarkan teror yang ditujukan untuk destabilisasi suatu negara, sehingga pemerintahan yang sah mudah dimasuki atau dijatuhkan oleh kelompok teror," tuturnya.

Dalam konteks menjaga persatuan bangsa, Roedy mengaku bangga terhadap Indonesia yang memiliki satu bahasa kesatuan, yakni Bahasa Indonesia.

Apabila dibandingkan dengan negara seperti Malaysia yang masing-masing etnis bersikukuh atas bahasa kesehariannya sendiri, Bahasa Indonesia bisa diterima semua suku dan etnis di Indonesia.

"Bahasa Indonesia telah menjadi perekat utama dalam membangun identitas nasional di tengah keberagaman suku, agama, dan budaya yang ada di Indonesia,” ungkap Roedy.

Kuliah umum bertajuk “Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru dan Pendidikan Karakter” tersebut digelar dalam rangka menanamkan pemahaman berbangsa dan bernegara yang toleran oleh Fakultas Hukum UNDIP terhadap mahasiswa barunya.

Diharapkan dengan kegiatan itu, mahasiswa lebih memahami pentingnya menjaga persatuan, terutama di tengah maraknya ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme yang dapat mengancam stabilitas negara.

Baca juga: BNPT tingkatkan ketahanan WNI di Warsawa lawan ideologi kekerasan
Baca juga: BNPT pastikan kesiapan posko operasi pengamanan HUT ke-79 RI di IKN


 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2024