"Jadi kalau kita ingin jadi negara maju memang harus bikin klaster swasembada pangan dan sebagainya,"
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan (Mendag) RI Zulkifli Hasan menganalogikan perpindahan ibu kota negara Indonesia dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) seperti bedol desa bangsa Eropa dahulu kala yang bermigrasi ke benua lain.

"Karena begini ini kan kami mengambil pengalaman sejarah. Dulu Eropa itu sampai ke sini kan karena sesak perang saudara (maka) cari jalan lain, maka bedol desa ke Amerika setelah ditemukan benua, bedol desa ke Australia, akhirnya ke sini dan sebagainya," kata Zulhas, sapaan karibnya, di Kantor DPP PAN, Jakarta, Rabu.

Menurut dia, daya dukung Pulau Jawa sudah tidak layak untuk menopang 60 persen penduduk Indonesia yang mendiaminya, sementara Pulau Kalimantan luas namun berpenduduk sedikit.

Dia lantas mencontohkan salah satu dampak dari daya dukung Pulau Jawa yang sudah tidak layak karena padatnya penduduk ialah polusi udara.

"Jadi di sini kalau kita keluar (buat) olahraga, bukan sehat, kita hisap timbal bisa kena ISPA (infeksi saluran pernapasan akut). Jadi sebetulnya daya dukung Pulau Jawa sudah tidak layak, sudah terlalu over-capacity," tuturnya.

Selain memindahkan ibu kota negara ke IKN, dia juga menilai Pemerintah perlu mengembangkan klaster-klaster wilayah dalam mendukung swasembada pangan di Tanah Air.

Sementara Pulau Jawa menjadi pusat industri dan keuangan, dia mencontohkan Pulau Sumatera atau Pulau Papua dapat diandalkan untuk mengembangkan komoditas-komoditas pangan tertentu.

"Jadi kalau kita ingin jadi negara maju memang harus bikin klaster swasembada pangan dan sebagainya," kata dia.

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024