Jakarta (ANTARA) - Director & Chief Investment Officer, Fixed Income, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula mengatakan jika suku bunga The Fed turun pada September mendatang, maka hal tersebut akan menguntungkan pasar modal di Asia.

“Asia akan diuntungkan dengan ekspektasi pasar atas adanya siklus pelonggaran moneter tersebut,” kata Ezra Nazula di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan hal tersebut dikarenakan penurunan suku bunga The Fed akan menekan tingkat imbal hasil (yield) surat utang Amerika Serikat, atau US Treasury securities, secara signifikan.

Ekspektasi para pelaku pasar yang tinggi terhadap pemangkasan suku bunga tersebut, lanjutnya, membuat imbal hasil US Treasury securities untuk tenor 10 tahun yang tercatat berada pada level 4,4 persen pada Juni 2024, turun sekitar 35 basis poin pada bulan berikutnya.

“Dan bahkan sekarang imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun sudah di bawah level 3,8 persen menjadi sekitar 3,7 persen. Ini efek dari ekspektasi dan optimisme penurunan suku bunga yang sudah terlihat,” ucap Ezra.

Baca juga: IHSG ditutup menguat di tengah 'wait and see' data inflasi AS

Tidak hanya yield surat utang, ia menyatakan bahwa penurunan suku bunga The Fed juga akan mendorong pelemahan dolar AS terhadap mata uang negara-negara lainnya, khususnya negara berkembang.

Ia pun mengatakan bahwa pelemahan mata uang global tersebut dapat memberikan keuntungan bagi negara-negara Asia, terutama di pasar modal.

“Secara historis, saat 12 kali pasar Asia lebih diunggulkan daripada pasar saham global, 9 kalinya terjadi ketika dolar AS melemah,” jelas Ezra.

Selain itu, ia menuturkan bahwa saat ini ekonomi negara adidaya tersebut sedang melandai, sementara ekonomi Asia cukup kuat terlihat dari volume ekspor dan tingkat Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang cukup baik didukung oleh permintaan terhadap produk semikonduktor.

Dengan kondisi imbal hasil surat utang yang menurun, mata uang yang melemah, serta ekonomi yang melandai di Amerika Serikat, ia memprediksikan bahwa aliran modal asing akan lebih banyak masuk ke kawasan Asia, termasuk Indonesia.

“Dengan dolar AS yang melemah ini, maka inflow dana aliran asing juga akan masuk ke kawasan Asia, termasuk Indonesia. Jadi, pada saat suku bunga turun, inflow asing itu akan masif masuk ke negara-negara Asia,” imbuh Ezra.

Baca juga: IHSG diprediksi menguat di tengah 'wait and see' data inflasi AS

Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024