Moskow (ANTARA) - Kantor kejaksaan Jerman telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap seorang instruktur selam berkewarganegaraan Ukraina yang tinggal di Polandia, yang dicurigai terlibat dalam serangan teroris di jaringan pipa Nord Stream, menurut laporan lembaga penyiaran ARD.
Laporan yang juga dimuat sejumlah media Jerman pada Rabu itu mengutip penyelidikan yang dilakukan oleh pihak aparat.
Beragam gerai media melaporkan bahwa kantor kejaksaan Jerman menyerahkan surat perintah penangkapan terhadap tersangka ke pihak Polandia pada Juni, yang diduga diidentifikasi berdasarkan foto yang ada.
Foto itu diambil oleh kamera lalu lintas karena pelanggaran batas kecepatan kendaraan. Tersangka diduga mengendarai mobil Citroen yang digunakan oleh kelompok sabotase yang diduga terlibat dalam serangan teroris di jaringan pipa Nord Stream di Pulau Rugen pada 8 September 2022.
Informasi tersebut konon dibenarkan oleh sejumlah saksi mata yang melihat sekelompok warga Ukraina di dalam mobil tersebut.
Media juga berhasil menghubungi tersangka, tetapi dia membantah terlibat dalam serangan teroris tersebut.
Pada Juli, sejumlah surat kabar Jerman mengutip sumber investigasi yang mengatakan bahwa ledakan pipa gas Nord Stream telah direncanakan sejak 2014.
Ledakan pada pipa tersebut diyakini telah dipersiapkan oleh kelompok tertentu di Ukraina bahkan sebelum terjadinya penguasaan Krimea oleh Rusia.
Ledakan di dua jaringan pipa ekspor gas Rusia ke Eropa, Nord Stream dan Nord Stream 2, terjadi pada 26 September 2022. Jerman, Denmark, dan Swedia tidak mengesampingkan adanya langkah sabotase yang ditargetkan.
Nord Stream AG, operator Nord Stream, melaporkan bahwa kerusakan pada jaringan pipa belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak mungkin memperkirakan jangka waktu perbaikan kerusakan.
Sementara itu, Kantor Kejaksaan Agung Rusia telah mengajukan kasus aksi terorisme internasional terkait sabotase Nord Stream, demikian seperti dilaporkan Sputnik.
Baca juga: Rusia minta DK PBB bahas lagi ledakan Nord Stream
Baca juga: Ukraina sebut tidak berminat ambil alih wilayah Kursk milik Rusia
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024