Bandung (ANTARA News) - Pemerintah masih menggodok aturan subsidi biaya pengembangan Biofuel atau Bahan Bakar Nabati (BBN) yang besarnya Rp10 triliun sampai tahun 2010, kata Asisten Deputi II Menko Perekonomian Musdalifah di Bandung, Selasa. "Mekanisme penyaluran dana subsidi bagi para pengembang Biofuel itu masih dibahas di level nasional", kata Musdalifah Pada Rapat Koordinasi Diversifikasi Energi sebagai alternatif pengganti BBM, di Hotel Permata Bandung. Ia menjelaskan, dana subsidi itu akan diberikan kepada pelaku usaha produksi biofuel baik skala kecil maupun besar sebagai perangsang agar harga jual biofuel mereka bisa bersaing di pasaran. Dikatakannya, pemerintah juga akan memberikan insentif lain berupa keringanan pajak, sehingga pengusaha benar-benar terangsang untuk mulai melirik pengembangan biofuel. Menurut Musdalifah, beberapa prioritas program tahun 2006 yaitu, penyediaan konverter kit untuk penggunaan CNG,revitalisasi SPBG Eksis di Jakarta, penyediaan tungku briket batubara, sertifikasi bahan baku briket, light coal dan kompor, penyediaan bibit jarak pagar, dan pembangunan pabrik biodiesel. Menurut Kelompok Studi Biodiesel ITB Dr Tirto Prakoso, para pengusaha sudah bersiap memasuki bisnis bahan bakar bioetanol dan gasohol tetapi Pemerintah belum mensahkan Gasohol E10 sebagai bahan bakar kendaraan bensin. "Pengusaha sangat menantikan aturan itu, karena gasohol dapat digunakan untuk mobil bensin tanpa modifikasi lebih dulu", katanya. Ia mengungkapkan, kalangan industri juga sangat tertarik masuk ke bisnis biodiesel untuk keperluan komersial atau kebutuhan sendiri dan masih menunggu penetapan B5 (Solar berkadar biodiesel 5 persen) dan B10 sebagai bahan bakar sah kendaraan diesel. Sementara itu Aryanto, penemu Biomisel dari bahan baku minyak goreng bekas atau minyak jelantah mengatakan, Pemerintah sampai saat ini belum banyak membantu pengembangan Biomisel yang tengah dikembangkannya, padahal pihaknya memerlukan riset lanjutan untuk penggunaan Biomisel pada mobil diesel. "Selama ini nelayan di Cirebon terbantu dengan Biomisel yang dijual Rp3.200 sampai Rp3.300 per liter karena lebih hemat dan ramah lingkungan, tetapi kami perlu dana riset lanjutan untuk mobil diesel", katanya. Ia mengungkapkan, Formula Biomisel yang dikembangkan sudah mampu mengubah minyak ikan menjadi Biodiesel, namun untuk pengembangan selanjutnya masih terkendala dana. "Walaupun sudah dipublikasikan di media massa, tetap saja perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah tidak ada, padahal saya sudah aplikasi selama setahun terakhir dan tidak ada masalah", katanya yang berharap bisa menikmati dana subsidi biofuel itu. Kegiatan yang dibuka Karo Bina Produksi Pemda Jabar Luki Djunaedi itu diikuti sekitar 50 peserta dari dinas instansi terkait se-Jawa Barat.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006