Gejala bisa dirasakan jika tumor sudah mengenai selaput paru, yang pertama adalah batuk-batuk dan sesak napas yang tidak bisa diidentifikasi sebagai penyebab penyakit lain.
“Hal ini akibat terjadinya tumor ke dalam saluran napas. Apabila ukuran tumor menjadi cukup besar atau terjadi pengumpulan cairan dalam rongga dada, berdampak penyebaran tumor ke tempat-tempat atau bagian-bagian yang lain dalam paru, maka seorang pasien akan mengalami kondisi sesak napas,” katanya dalam diskusi kesehatan bersama RSUD Pasar Minggu yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Dokter: Laki-laki lebih rentan alami kanker paru-paru
Baca juga: Dokter ingatkan paparan polusi udara bisa sebabkan kanker paru
Selain batuk dan sesak napas, kanker paru juga bisa diidentifikasi jika seseorang mengalami batuk darah. Hal ini karena tumor sudah ada di daerah napas yang sentral atau di tengah paru, sehingga membentuk suatu rongga yang bisa melukai pembuluh darah di dalam paru.
Dokter lulusan Universitas Indonesia ini mengatakan, gejala lain yang cukup sering dikeluhkan pasien adalah nyeri dada karena tumor sudah menekan saraf dan pembuluh darah.
“Yang penting juga harus kita waspadai apabila terjadi bengkak di wajah dan lengan yang bisa diakibatkan tumor yang semakin besar yang menekan pembuluh darah,” lanjut Ririen.
Ririen mengatakan di Indonesia kebanyakan pasien sudah datang dengan kondisi tumor yang parah dan stadium lanjut, sehingga penatalaksanaannya lebih sulit dibandingkan sudah terdiagnosis sejak awal
Ia juga mengatakan data dari Rumah Sakit yang menangani kanker paru dan toraks menyebut 92 persen kanker paru dialami pada usia antara 40 hingga 60 tahun dengan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki.
Deteksi dini dan skrining diperlukan untuk menegakkan gejala kanker paru dengan melakukan deteksi secara mandiri dan mengontrol risiko yang dapat dicegah seperti menghindari rokok, pajanan polusi dan menghindari pekerjaan yang berisiko seperti pajanan asbes.
“Kita berupaya untuk menurunkan angka kasus baru dari kanker paru dengan melakukan upaya-upaya pencegahan dengan memperhatikan faktor-faktor risiko, utamanya faktor resiko yang dapat dikontrol maka kita berupaya untuk bisa menurunkan angka kasus baru kanker paru,” kata Ririen.
1Bagi seseorang yang sudah terpajan atau terpapar oleh hal yang menjadi faktor risiko, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan harapan hidup dengan melakukan program screening dan program detecting dengan pemeriksaan lanjutan seperti Low Dose CT Scan.
Baca juga: Mengenal metode bedah minimal invasif VATS untuk kanker paru
Baca juga: Mengenal teknologi Endobronchial Ultrasound untuk deteksi kanker paru
Baca juga: Bahaya asap rokok 20 kali tingkatkan risiko kanker paru
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024