Mataram (ANTARA) - Limbah plastik selama ini menjadi momok bagi sejumlah kalangan, sebab jenis limbah ini tidak mudah terurai dan bahkan dapat mencemari lingkungan.

Pemerintah Kota Mataram, Ibu Kota Nusa Tenggara Barat (NTB), yang juga mengalami tantangan seperti itu kini cukup lega karena di daerah tersebut telah terbangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sandubaya.

TPST modern di Sandubaya Kota Mataram, Provinsi NTB mulai dibangun pada Oktober 2023 dengan  anggaran dari pemerintah pusat sebesar Rp19,9 miliar.

Pembangunan TPST seluas 5.300 meter persegi ini ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana bersama jajaran terkait dan rampung sesuai target pada Mei 2024, 

Fasilitas ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi penanganan sampak, khususnya sampah plastik, di Kota Mataram, yang saat ini terus meningkat bahkan jumlahnya lebih banyak dibandingkan sampah organik.

Data dari TPST Sandubaya, Kota Mataram, yang mulai uji coba operasi pada 3 Juni 2024, saat ini fasilitas tersebut mampu mengolah sampah sekitar 40-46 ton per hari dari dua kecamatan yakni Kecamatan Sandubaya dan Cakranegara.

Dari jumlah itu, 18 ton sampah tersebut merupakan sampah organik dan sisanya 28 ton sampah plastik atau sekitar 61 persen.

Tingginya volume sampah plastik yang diolah di TPST Sandubaya, kemudian  mendorong Pemerintah Kota Mataram untuk berinovasi agar hasil pengolahan limbah plastik bisa menjadi barang bernilai ekonomi dan diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah.  

Apalagi,  TPST Sandubaya sudah  dilengkapi dengan berbagai mesin pengolahan sampah plastik dan organik.  Salah satu mesin pengolah sampah yang diberikan pemerintah pusat adalah alat pencetak batako dari limbah plastik sebanyak dua unit.

Menurut Kepala Bidang (Kabid) Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram, Vidi Partisan Yuris Gamanjaya, alat tersebut kini sudah berfungsi optimal dengan jumlah batako yang dicetak per hari sebanyak 100-200 keping.

Sampai saat ini, jumlah batako yang berhasil dibuat sudah mencapai lebih dari 5.000 keping dan dimanfaatkan di areal TPST modern tersebut.

Setelah diuji coba di areal TPST, batako dari limbah plastik itu akan digunakan untuk jalan lingkungan dan sejumlah ruang terbuka serta taman kota di Kota Mataram.

Sementara untuk program jangka panjang, batako hasil dari limbah plastik tersebut akan dikomersialkan sehingga dapat menambah pendapatan daerah.

Namun demikian, dengan keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dan mesin pembuat batako saat ini, jumlah sampah plastik yang masuk  belum sesuai dengan produksi.

Volume sampah plastik  di TPST modern mencapai 28 ton per hari, tetapi untuk mencetak 100-200 keping batako hanya membutuhkan 3 ton lebih, sisanya terus menumpuk di kontainer sampah plastik dengan kapasitas 8 ton.

Mesin pencetak batako tidak bisa digunakan terus-menerus. Artinya, hasil produksi sebanyak 100-200 keping batako per hari itu, dilakukan dalam beberapa tahap. Ketika mesin sudah terlalu panas, maka kegiatan pencetakan harus dihentikan sementara sampai mesin kembali stabil.

Inovasi

Terkait dengan itu, DLH Kota Mataram saat ini melakukan inovasi dengan pres sampah plastik untuk kemudian dikirim dan dijual ke pihak swasta di luar daerah.

Salah satu pihak swasta yang sudah meminta contoh sampah plastik yang sudah dipres dari Kota Mataram dari Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. "Belum lama ini, kami sudah kirim contoh sampah plastik sebanyak 10 ton ke pihak swasta di Bekasi untuk didaur ulang," kata Vidi.

Pengiriman sampah plastik itu diberikan secara gratis atau belum dibayar, tapi untuk biaya pengiriman sepenuhnya ditanggung oleh pihak swasta.

Dari contoh yang dikirim itu, mereka baru bisa menentukan harga,  termasuk kualitas dari sampah plastik. Sebab, sampah plastik yang dipres di TPST modern masih berupa sampah plastik campuran.

Limbah plastik yang dikirim tidak murni sampah plastik jenis kantong kresek, melainkan juga dari sampah bungkus makanan ringan, sabun, dan lainnya sehingga mereka harus melakukan pemilahan lagi.

Jika pihak swasta di Bekasi tersebut berkenan dengan contoh sampah plastik yang dikirim, maka akan dilakukan perjanjian kerja sama dan meminta Kota Mataram tetap mengirim limbah plastik secara berkelanjutan dengan jumlah tertentu.

Proses pembayaran akan dilakukan dengan sistem masuk langsung ke kas daerah,  sehingga diharapkan bisa menjadi potensi sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang baru.

Untuk harga sampah plastik, dari pengalaman awal tahun 2023 ketika ada permintaan sampah plastik yang dikirim ke pengusaha di Kabupaten Lombok Timur, harga sampah plastik dijual Rp4.500 per kilogram.

Dengan demikian, jika harga jual yang ke luar daerah dengan ke Lombok Timur masih sama, maka pendapatan  yang bisa dihasilkan Pemerintah Kota Mataram dari limbah plastik bisa mencapai Rp4,5 juta per ton.


Teknologi TPST

TPST modern Sandubaya merupakan pusat pengolahan sampah terbaru di Kota Mataram dengan berbagai fasilitas teknologi.

TPST Sandubaya menjadi pusat pengolahan sampah baik sampah organik maupun anorganik sebelum dikirim ke TPA sehingga sampah yang dikirim ke TPA hanya residu atau sampah yang sudah tidak bisa diolah.

Dengan fasilitas teknologi, pengolahan sampah di TPST modern volumenya mencapai  40-46 ton per hari, hanya menyisakan residu sekitar 5-6 ton.

Residu itu merupakan sampah yang sudah tidak bisa diolah lagi dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok, Kabupaten Lombok Barat.

Minimnya residu yang dibuang ke TPA itu, karena semua sampah di TPST modern Sandubaya tersebut diolah menjadi barang yang bisa bermanfaat dengan menggunakan teknologi modern.

Selain sampah plastik yang menjadi batako, pres sampah, sampah organik juga langsung diolah menjadi "bubur" untuk pakan maggot dan organik dari dedaunan dibuat menjadi pupuk kompos.

Budi daya daya maggot dikembangkan di TPST modern Sandubaya sebanyak 6.900 biopond (kotak). Namun begitu, yang terisi baru saat ini sekitar 350 kotak dengan produksi masih sekitar 50-60 kilogram sekali panen.

Setengah dari hasil produksi digunakan kembali menjadi bibit agar kotak budi daya yang sudah disiapkan bisa segera terisi penuh.

Maggot itu juga menjadi salah satu sumber pendapatan daerah di Kota Mataram karena mulai tahun 2024, sudah ditetapkan menjadi salah satu retribusi dengan target Rp50 juta. Sementara realisasi saat ini sudah mencapai sekitar 50 persen.

Dengan adanya potensi-potensi baru itu, DLH Kota Mataram menaikkan target retribusi sampah tahun 2024 naik menjadi Rp14 miliar dari Rp10 miliar pada tahun 2023.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi mengemukakan, kenaikan target retribusi sampah itu salah satunya karena TPST modern di Sandubaya mulai beroperasi sehingga bisa menjadi potensi baru sumber pendapatan asli daerah (PAD).

Dengan menggunakan berbagai teknologi modern, sampah yang masuk ke TPST akan diolah menjadi barang bernilai ekonomi, dijual agar bisa menjadi sumber pendapatan asli daerah yang baru.
 

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024