Dalam konteks pengamanan Pemilu, aparat kepolisian, khususnya harus mengedepankan fungsi intelijen, guna memetakan potensi-potensi kekerasan,"

Banda Aceh (ANTARA News) - Anggota Komisi III DPR RI asal Aceh, HM Nasir Djamil menilai maraknya kekerasan yang terjadi menjelang Pemilu Legislatif 2014 di Aceh akibat belum maksimalnya fungsi intelijen di provinsi itu.

"Dalam konteks pengamanan Pemilu, aparat kepolisian, khususnya harus mengedepankan fungsi intelijen, guna memetakan potensi-potensi kekerasan," katanya di Banda Aceh, Selasa.

Dia menjelaskan, tidak maksimalnya fungsi intelijen yang dilakukan akan berdampak terhadap kurang mampu mengidentifikasi potensi yang bisa menyebabkan terjadinya kekerasan.

Ia mengatakan, Komisi III DPR RI sudah meminta Kapolri, agar kepolisian lebih berani, serta lebih tegas menyikapi berbagai tindak kekerasan yang terjadi menjelang Pemilu di Aceh.

Karena itu, penegakan hukum yang dilakukan di Aceh harus secara profesional dan tidak ada tebang pilih terhadap para pelaku tindak kekerasan tersebut.

"Jika ada penegakan hukum yang dilakukan tebang pilih maka akan menimbulkan ketidakpuasan serta akan menghadirkan kekerasan baru," katanya.

Ia menambahkan, agar masyarakat tidak menilai aparat kepolisian tidak tebang pilih dalam menyelesaikan kasus-kasus kekerasan yang terjadi menjelang Pemilu di Aceh, maka aparat penegak hukum harus menyampaikan apa yang sudah mereka lakukan kepada publik.

Nasir mengatakan, Kepolisian sebagai institusi yang dipercaya untuk menjaga keamanan harus memberikan penjelasan kepada publik, sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman.

Pihaknya juga mengajak semua pihak untuk menjaga perdamaian yang telah terbina sehingga masyarakat di provinsi berpenduduk sekitar lima juta jiwa itu memberikan hak pilihnya sesuai dengan hati nurani pada 9 April 2014.(*)

Pewarta: Muhammad Ifdhal
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014