Karena demand di Indonesia itu cenderung pragmatis, mana barang yang cenderung lebih terjangkau dan lebih murah mereka cenderung akan bergeser
Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengatakan perlu adanya perbaikan dari sisi ketersediaan (supply) dan permintaan (demand) di dalam negeri, sehingga bisa memacu kembali Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur ke level ekspansi.
 
Analis Kebijakan Ekonomi Apindo, Ajib Hamdani dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu mengatakan, perbaikan sisi supply dan demand tersebut bisa dilakukan melalui pemberian insentif fiskal, penerapan suku bunga acuan yang tak membebani pelaku industri yang dikeluarkan oleh lembaga moneter, serta regulasi yang berkelanjutan (sustainable).
 
"Karena kalau kita lihat studi dari Apindo itu melihat bahwa untuk scaling up bisnis butuh waktu 5-10 tahun. Artinya dibutuhkan sebuah sustainability regulasi, sehingga dunia usaha itu bisa mengikuti regulasi yang ada dan mereka bisa naik kelas dengan baik sebelum regulasi itu berubah-ubah," katanya.
 
Dirinya mengatakan, pemerintah bisa mengesampingkan terlebih dahulu penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen yang hendak diterapkan pada 2025, supaya mendongkrak daya beli dan konsumsi masyarakat. Selain itu bank sentral juga bisa merelaksasi suku bunga acuan agar pelaku industri mudah mendapatkan pembiayaan, sehingga berdaya saing.
 
Lebih lanjut, ia menjelaskan, penurunan PMI manufaktur ke angka 49,3 poin apabila dirincikan berdasarkan sisi ketersediaan, yaitu diakibatkan oleh adanya inefisiensi yang mengakibatkan penurunan daya saing, serta fluktuasi nilai tukar rupiah yang berdampak pada logistik bahan baku industri.
 
Sedangkan dari sisi permintaan, kontraksi PMI disebabkan oleh penurunan daya konsumsi masyarakat yang pada rentan 2018-2023, tercatat sebanyak 8,5 juta orang mengalami penurunan kelas, serta masifnya produk impor yang masuk ke pasar domestik.
 
"Kalau kita lihat daya saing bahwa terjadinya banjir produk-produk impor dari China misalnya, maka itu memberikan tekanan yang luar biasa terhadap demand kita. Karena demand di Indonesia itu cenderung pragmatis, mana barang yang cenderung lebih terjangkau dan lebih murah mereka cenderung akan bergeser," katanya.
 
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis industri pengolahan atau manufaktur bisa kembali ekspansif, dengan cara meningkatkan koordinasi, serta membuat regulasi yang memihak industri.

Baca juga: Sri Mulyani nilai permintaan domestik masih jadi penopang manufaktur
Baca juga: Menperin optimistis industri manufaktur kembali ekspansif
Baca juga: Ekonom: Sinergi perlindungan industri kunci tingkatkan PMI manufaktur

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024