Jakarta (ANTARA News) - Islam di Indonesia berpikiran terbuka dan siap mendiskusikan berbagai perbedaan kelompok, bahkan dalam beberapa hal jauh lebih maju daripada komunitas Muslim di Eropa, Dr. Franck Fregosi, seorang peneliti Islam di Eropa (Eurislam), mengemuakan pandangannya mengenai kaum Muslim Indonesia. "Dalam kunjungan saya ke beberapa kota di Indonesia, yaitu Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta, kesan pertama saya tentang Islam di Indonesia memang bermacam-macam, kadang terlihat kontras meskipun mereka sama-sama memeluk agama Islam," kata peneliti berkebangsaan Perancis itu yang baru melakukan perjalanan keliling sejumlah kota besar di Indonesia. Dalam wawacara dengan ANTARA News di Kantor Kedutaan Perancis, di Jakarta, Selasa pagi, Dr Franck Fregosi mengatakan, hal yang sangat berkesan buatnya adalah kemampuan para intelektual muda Islam dalam merenungkan makna Islam dan hal-hal yang terjadi pada Muslimin Indonesia. "Di Perancis ada juga intelektual Islam yang seperti itu, tapi masih agak sulit untuk merenungkan Islam. Menurut saya Islam di Indonesia sangat terbuka dan siap mendiskusikan perbedaan kelompok serta permasalahan," kata Franck. Lebih lanjut ia mencermati bahwa di Indonesia, pertanyaan-pertanyaan yang esensial dalam Islam dapat diperdebatkan secara tenang dan sangat terbuka. "Bagi saya hal itu cukup kontras dengan kondisi yang terjadi di Perancis, di sana pertanyaan yang berkembang adalah tentang bagaimana Islam sebagai minoritas bisa tetap eksis di tengah masyarakat Eropa yang plural," katanya menambahkan. "Dikaitkan dengan apa yang terjadi di Perancis, penerapan syariah Islam di Indonesia sudah jauh lebih maju untuk beberapa isu perdebatan di Indonesia memang lebih maju daripada Perancis dan hal itu secara terbuka didiskusikan bersama," lanjut dia. Selain berbicara dengan para intelektual Muslim, Franck juga mencatat kemajemukan yang sangat indah di Indonesia terbukti dengan Masjid Istiqlal yang berhadap-hadapan dengan Gereja Katedral Jakarta. "Di Perancis mungkin pemandangan semacam itu sangat sulit untuk dijumpai, tapi ternyata di Indonesia hal tersebut ada," ungkap pria yang mengajar di Universitas Robert Schuman, Strasbourg, Perancis itu. Sepertinya di Indonesia dan di dalam Islam, masih kata dia, terdapat tradisi lama untuk mendiskusikan hubungan antara kelompok dalam Islam. "Saya melihat perlakuan kaum intelektual Muslim terhadap golongan minoritas, seperti Ahmadiyah, cukup peduli. Meskipun intelektual tidak mendukung keberadaan Ahmadiyah, tapi paling tidak mereka cukup peduli tentang nasib minoritas pada masa yang akan datang," kata dia, "Itu adalah kematangan berpikir yang sangat mengesankan bagi saya."(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006