Surabaya (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya melakukan berbagai upaya masif untuk mencegah terjadinya kasus Gagal Ginjal Kronis (GGK) pada anak, salah satunya dengan mengedukasi orang tua serta melibatkan Kader Surabaya Hebat (KSH) agar memantau keluarga yang memiliki risiko.

Kepala Dinkes Kota Surabaya Nanik Sukristina di Surabaya, Selasa, mengatakan pihaknya terus melalukan penyelidikan epidemiologi apabila ditemukan kasus gagal ginjal yang berasal dari laporan masyarakat dan fasilitas layanan kesehatan (fasyankes).

"Kami juga tengah melakukan meningkatkan kewaspadaan penyakit gagal ginjal pada anak melalui pengamatan dan deteksi dini dalam kegiatan Bindu PTM pada masyarakat, sekolah, poskestren, dan pada kegiatan Bindu Jirona (Jiwa, Rokok dan NAPZA)," katanya.

Ia mengemukakan, pemantauan terhadap masyarakat Kota Pahlawan juga melibatkan KSH sehingga bisa menjangkau semua kalangan, termasuk mereka yang berisiko.

"Pemantauan kondisi pasien dan keluarga yang berisiko dibantu oleh KSH setempat," ujarnya.

Nanik mengingatkan kepada masyarakat untuk mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter dan menghindari penggunaan obat nyeri secara berlebihan tanpa pengawasan dokter.

Dia juga meminta masyarakat agar segera melakukan rujukan ke Fasilitas Kesehatan tingkat Lanjut (FLTL) maupun rumah sakit apabila ditemukan beberapa gejala.

Baca juga: Dokter paparkan penyebab banyaknya pasien dialisis anak-anak di RSCM

Baca juga: RSHS Bandung ungkap pasien anak cuci darah bukan karena minuman manis


"Gejalanya seperti demam, infeksi saluran pernapasan akut (batuk dan pilek), atau gejala infeksi saluran cerna (diare dan muntah), produksi urine berkurang atau tidak ada urine selama 6-8 jam (saat siang hari), warna urine berubah menjadi pekat atau kecoklatan," katanya.

Sejauh ini Nanik mengatakan, kasus GGK pada anak hanya dialami oleh satu orang dan sudah menjalani perawatan hemodialisa dan sisanya kasus GGK di Kota Surabaya masih didominasi usia dewasa.

"Berdasarkan data diagnosis ICD X di Faskes Kota Surabaya sampai dengan bulan Juni 2024 menunjukkan bahwa kasus GGK sebanyak 308 kasus. Tetapi, kasus GGK pada kelompok usia remaja di bawah 17 tahun hanya satu kasus dan telah menjalani perawatan hemodialisa," tuturnya.

Nanik menyebut penanganan GGK pada anak di Kota Surabaya mengacu pada tatalaksana sesuai indikasi dan dilakukan rujukan ke FKRTL sesuai ketentuan. Seperti di RSUD Dr. Soetomo, RSUD Dr. Moh. Soewandhie, dan RS Al-Irsyad.

Nanik menjelaskan bahwa penyakit GGK terjadi lantaran adanya beberapa faktor yang memengaruhi di antaranya memiliki riwayat penyakit ginjal dalam keluarga atau kelainan ginjal bawaan sejak lahir.

Selain itu, GGK juga dipengaruhi adanya infeksi pada ginjal, sindrom nefrotik (adanya protein dalam urin), serta pernah mengalami kekurangan cairan dehidrasi berat.

"Anak-anak yang mengalami obesitas, hipertensi dan diabetes melitus ditambah dengan gaya hidup dan pola makan tidak sehat. Sering mengonsumsi minuman manis kemasan, makanan cepat saji, dan makanan berkalori tinggi dalam jangka waktu panjang dan tidak terkontrol juga bisa meningkatkan resiko mengalami GGK," katanya.

Baca juga: Pakar sebut diare yang tak tertangani bisa berujung gangguan ginjal

Baca juga: Kemenkes panggil RSCM untuk bahas temuan kasus 60 gagal ginjal anak

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024