Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot Jakarta, Selasa sore, merosot 35 poin Rp9.140//9.145 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.105/9125 per dolar AS, karena aksi beli dolar masih berlanjut. "Rupiah merosot dalam kisaran yang besar, karena pelaku masih tetap memburu mata uang asing itu, sehingga koreksi harga yang terjadi tetap besar," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Selasa. Menurut dia, belum munculnya faktor positip yang mendorong rupiah menguat mengakibatkan mata uang lokal itu sulit untuk menguat, sekalipun indikator ekonomi makro Indonesia dinilai cukup bagus. "Kami memperkirakan rupiah akan turun lagi, karena gelombang tekanan negatif pasar masih tinggi dan sulit diantisipasi kecuali Bank Indonesia memasuki pasar melakukan pembelian dolar AS," katanya. BI, menurut dia, sampai saat ini masih belum masuk pasar, karena mereka menilai rupiah di pasar lokal masih stabil, dan BI merasa belum waktunya untuk masuk pasar lebih lanjut. Meski demikian, BI harus tetap melakukan pengawasan, karena tanpa adanya BI dikhawatirkan rupiah akan makin terpuruk melihat tekanannya cukup besar, katanya. Rupiah terpuruk, lanjut Kostaman, karena faktor eksternal yang menekan pasar antara lain kenaikan harga minyak mentah dunia akibat pemogokan kerja yang terjadi di Nigeria dan pemulihan produksi minyak di Meksiko. Meski demikian, pelaku asing cenderung hati-hati bermain di pasar menjelang pertemuan bank sentral AS (The Fed) pada hari Rabu nanti yang diperkirakan akan membahas mengenai tingkat suku bunga AS. The Fed diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga AS, meski inflasi cenderung menguat, namun pemerintah berusaha menekan inflasi dengan tetap mempertahankan tingkat bunga tersebut, tuturnya. Rupiah, menurut dia, memang agak sulit untuk menguat, karena dari pasar internal belum muncul isu positip yang mendorong rupiah menguat, meski pasar saham Asia menguat, karena aksi beli investor di pasar terutama pada sektor Perbankan. Namun membaiknya pasar saham Asia dan mata uang yen, Jepang terhadap dolar AS setelah negara-negara industri maju (G7) menyatakan akan melakukan apresiasi yen untuk mendukung mata uang Jepang itu menguat. Karena menguat atau merosotnya suatu mata uang itu, menunjukkan kinerja suatu negara itu baik atau buruk, katanya. Dia mengatakan rupiah ketika pasar dibuka pada sesi sore langsung melemah di level Rp9.135 per dolar AS, bahkan menjelang penutupan sesi pagi kembali merosot hingga sampai Rp9.140 per dolar AS yang akhirnya ditutup pada level tersebut. Tekanan pasar tetap tinggi, karena itu pada penutupan pasar, rupiah masih tetap terpuruk dan akan bisa melampau level Rp9.150 per dolar AS, katanya. Kami memperkirakan rupiah akan terus terpuruk hingga meliwati angka batas psikologis Rp9.150 per dolar As, melihat tekanan pasar semakin besar, meski indikator ekonomi makro Indonesia cukup besar, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006