Untuk mendorong peningkatan produksi diperlukan dukungan infrastruktur yang memadai untuk mempercepat operasi blok migas skala besar yang selama ini telah ditemukan
Jakarta (ANTARA) - Founder & Advisor ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan optimalisasi blok-blok besar seperti Blok Cepu dan Blok Rokan bisa menjadi andalan untuk mempertahankan produksi migas nasional.

"Di samping itu, tentu perlu percepatan operasi blok-blok baru yang besar seperti Blok Andaman dan Blok Masela, termasuk dukungan terhadap proyek Indonesia Deepwater Development/IDD," kata Pri Agung dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Untuk mendorong peningkatan produksi diperlukan dukungan infrastruktur yang memadai untuk mempercepat operasi blok migas skala besar yang selama ini telah ditemukan.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 telah menargetkan lifting minyak bumi sebesar 635 ribu barel/hari (bph) dan lifting gas bumi sebesar 1.033 ribu barrel oil equivalent/hari (BOEPD).

Menurut dia, selama ini kinerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) serta kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dalam mengawal operasional sektor hulu migas sudah maksimal.

Hanya saja, tantangan terbesar adalah menemukan lapangan baru sekaligus mempercepat operasinya.

Untuk itu, pengembangan lapangan baru akan sangat membantu peningkatan produksi migas.

Salah satunya, produksi perdana Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) Blok Cepu di Bojonegoro, Jawa Timur, pada 9 Agustus 2024, yang mampu memberikan tambahan produksi hingga 13.300 barel minyak per hari.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengharapkan produksi perdana BUIC akan turut mendongkrak kembali produktivitas minyak di Indonesia yang tengah berada dalam tren penurunan.

Setelah mengebor sejak April 2024 di BUIC, ditemukan kolom minyak yang diperkirakan bisa memproduksi hingga 42,92 juta barel minyak.

Produksi BUIC tersebut semakin menambah jumlah proyek hulu migas yang onstream di 2024 ini menjadi sembilan proyek dari 15 proyek yang ditargetkan.

Sebelum BUIC, sudah ada delapan proyek hulu migas lain yang onstream dengan total belanja modal (capital expenditure) yang digelontorkan mencapai 87,56 juta dolar AS.

Data SKK Migas mencatat delapan proyek yang sebelumnya telah onstream, yaitu Proyek Gas SWPG Debottlenecking (21 April 2024), Proyek Gas Bekapai Artificial Lift (24 Mei 2024), Proyek Minyak OPL Main (29 Mei 2024), Proyek Gas AFCP (11 Juni 2024), Proyek minyak Flowline ASDJ-116X (16 Juni 2024), Proyek Gas Peciko 8B (18 Juni 2024), Fasilitas Kompresor South Sembakung (19 Juni 2024), dan Proyek Gas Dayung Facility Optimization (30 Juni 2024).

Lebih lanjut, Pri Agung menambahkan untuk mendorong percepatan produksi blok-blok migas besar, pemerintah juga perlu memberikan dukungan infrastruktur yang memadai.

Hal itu untuk memastikan distribusi hasil produksi, khususnya gas mampu terserap dengan baik.

"Contohnya, pemerintah perlu menggenjot infrastruktur agar gas yang ada di Jawa Timur bisa mengalir ke Jawa Tengah hingga Jawa Barat, dan bisa diserap secara optimal oleh industri," kata Pri Agung.

Baca juga: ESDM dan Exxon resmikan minyak perdana Banyu Urip Infill Classic
Baca juga: Pertamina perbarui jaringan pipa bawah laut jaga produksi nasional
Baca juga: SKK Migas: Produksi Exxon Cepu akan tambah penerimaan Rp33,6 triliun

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024