Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengapresiasi PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) yang sudah mulai mengembangkan teknologi hijau (green technology) dalam produksinya.

Hal itu ia sampaikan saat mengunjungi salah satu pabrik Pupuk Kaltim di Kota Bontang, Kalimantan Timur, Selasa.

“Penting agar pupuk bisa tepat sasaran, (misalnya) untuk pengembangan hortikultura karena dia nilai tambah rakyat, (setelahnya) baru pengembangan dari segi petrokimia. Saya juga yakin kita akan bisa menjadi negara pertama di Asia Pasifik (yang memproduksi) green fertilizer terbesar. Jadi, itu mungkin tantangan ke depan yang saya ingin bisa berjalan, karena ini sesuai dengan rencana transisi energi,” kata Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Menurut Airlangga, sumber energi dunia di masa depan mengarah kepada hidrogen, tetapi Indonesia juga kuat karena punya kemampuan untuk ammonia.

“Kekuatan ammonia itulah yang harus kita dorong karena di beberapa negara sudah menggunakan 20 persen ammonia untuk batubara. Jadi kombinasi antara ammonia dan carbon capture and storage akan membuat kita juga punya green energy. Tujuan kita kan emisi menuju nol, bukan menghapus (sumber) energi kuat yang sudah ada di Indonesia. Nah, kemampuan luar biasa dari Grup Pupuk Indonesia harus dikapitalisasi ke depan,” ujarnya.

Pemerintah telah menetapkan alokasi volume pupuk bersubsidi tahun 2024 sebesar 9,55 juta ton dengan didukung data sesuai nama dan alamat sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo dalam Rapat Internal tanggal 26 Februari 2024 lalu tentang Lanjutan Pembahasan Kebijakan Perberasan. Volume tersebut naik dari alokasi awal pupuk bersubsidi sebesar 4,7 juta ton.

Anggaran subsidi pupuk tahun 2024 juga ditambahkan sebesar Rp7,1 triliun dari nilai awal Rp26,68 triliun, sehingga total anggaran menjadi Rp33,78 triliun.

Pemerintah saat ini juga tengah berupaya terus meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam penyaluran pupuk bersubsidi.

Airlangga menjelaskan, adopsi teknologi digital dilakukan untuk meningkatkan pengawasan distribusi dan penyaluran sampai ke petani agar tepat sasaran. Salah satu upaya penting dalam hal ini yaitu mengintegrasikan data dan sistem dalam satu platform terintegrasi dan real-time.

Misalkan integrasi data dan sistem Kementerian Pertanian dengan PT Pupuk Indonesia (Persero) melalui aplikasi i-Pubers. Ke depannya, diharapkan dapat terintegrasi dengan data dan sistem perbankan dalam dompet digital (e-wallet) juga.

“Dan yang juga menjadi PR dari Pupuk Indonesia adalah untuk membuat distribusi pupuk tepat sasaran. Nah, tentu untuk tepat sasaran perlu sistem, dan saya rasa sistem digitalnya sudah lengkap. Tinggal (menjalankan) arahan Bapak Presiden untuk bagaimana piloting pupuk itu tepat sasaran,” terangnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa Pemerintah mendukung revitalisasi infrastruktur industri pupuk melalui modernisasi.
Untuk itu, industri, lembaga penelitian, dan kementerian/lembaga terkait harus berkolaborasi mengembangkan pupuk yang lebih efisien dan berkelanjutan.

“Tujuan membangun pabrik pupuk, bukan untuk petrokimia, tapi tujuan utamanya untuk (produksi) beras. Tidak ada revolusi pertanian tanpa pupuk. Makanan utama masyarakat Indonesia adalah beras, sehingga kita berhasil swasembada beras. Tetapi pasca reformasi, pembangunan pabrik pupuk dan turunannya relatif lebih lambat. Padahal, pembangunan sebuah pabrik adalah employment terbesar untuk masyarakat sekitar pada industri yang sifatnya capital intensive,” jelasnya.

Baca juga: Pupuk Kaltim sediakan 365.364 ton pupuk subsidi untuk masa tanam kedua
Baca juga: Jokowi: Urusan Airlangga itu urusan internal Partai Golkar
Baca juga: Kejagung bantah Airlangga akan dipanggil terkait kasus CPO

 

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024