Kalau mereka menolak ya tanggung sendiri risiko politiknyaSurabaya (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama K.H. Yahya Cholil Staquf segera mengundang Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar untuk membahas PKB setelah dirinya mendapat mandat dari Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Ahyar.
"Ya nanti kalau perlu kita undang Pak Muhaimin Iskandar," kata Gus Yahya ketika ditemui wartawan di kediaman Rais Aam K.H. Miftachul Ahyar di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya, Selasa.
Gus Yahya menjelaskan PBNU mengundang Muhaimin Iskandar untuk berbicara dengan K.H. Anwar Iskandar dan K.H. Amin Said Husni (tim panitia khusus bentukan PBNU) mengenai adanya mandat Rais Aam PBNU untuk memperbaiki PKB.
"Segera, ini kan berkeputusan sebetulnya. Ini kan sebetulnya kemarin ada jeda sedikit karena kiai-kiai mengundang untuk pertemuan di Jombang," ujarnya.
Baca juga: Ketua Umum PBNU dapat mandat dari Rais Aam untuk perbaiki PKB
Baca juga: Puluhan kiai minta PBNU "ndandani" PKB
Gus Yahya menegaskan NU bukannya mau mencampuri keputusan politik atau operasi politik atau apa pun yang dilakukan PKB karena NU tidak lagi campur tangan dalam politik praktis.
Akan tetapi, NU ingin mengupayakan agar ada perbaikan-perbaikan di dalam PKB sehingga kembali pada desain awal sebagaimana dulu yang dijanjikan oleh ormas tersebut.
"Ya sekarang Dewan Syuro ndak ada kewenangan sama sekali. Nah, ini kan sudah sama sekali berbeda dari desain awal ketika NU mendirikan," ujarnya.
Menurut Gus Yahya, upaya yang dilakukan ini sebagai langkah untuk mengartikulasikan kepentingan-kepentingan dari para kiai dan warga NU yang menjadi konstituen PKB.
"Kalau mereka menolak ya tanggung sendiri risiko politiknya. Ini kan soal begitu saja. Ini mekanisme normal, kalau sampean belajar ilmu politik itu normal saja begitu," ujarnya.
Baca juga: PKB secara personal undang tokoh NU hadir di muktamar
Baca juga: Said Aqil sebut kritik dari PBNU membuat PKB semakin kuat
Baca juga: Pengamat: Harusnya PBNU fokus mengurus umat, bukan berpolitik praktis
Pewarta: Willi Irawan
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2024