Den Haag (ANTARA) - Belanda mencatatkan peningkatan tajam dalam angka kebangkrutan perusahaan dalam tujuh bulan pertama 2024, naik 43 persen secara tahunan (year on year/yoy), menurut laporan Badan Statistik Belanda (CBS) pada Senin (12/8).
Peningkatan ini merupakan bagian dari tren kenaikan yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun, sorot CBS.
Pada Juli 2024, angka kebangkrutan perusahaan di negara itu mencapai 453, menandai kenaikan 6 persen dari Juni. Sektor perdagangan menjadi sektor yang sangat terdampak, dengan 108 perusahaan mengalami kebangkrutan.
Terutama, merek fesyen internasional Esprit mengumumkan penutupan lebih dari 10 tokonya di Belanda pada Juli.
Namun demikian, sejumlah pakar sudah memperkirakan tren kebangkrutan ini. Sebuah laporan Rabobank yang dirilis pada Mei lalu menunjukkan bahwa lebih dari separuh jumlah pengusaha Belanda merasakan penurunan lingkungan bisnis selama lima tahun terakhir.
Bank itu memprediksi prospek suram untuk investasi dan iklim bisnis secara keseluruhan di Belanda yang didorong oleh tekanan ekonomi makro, dengan angka kebangkrutan yang diperkirakan akan terus meningkat hingga akhir 2024.
Pada Agustus 2021, Belanda mencatatkan rekor angka kebangkrutan terendah sebanyak 109, berkat dukungan yang diberikan pemerintah negara tersebut selama COVID-19. Namun, pencabutan langkah-langkah itu pada 2022 telah membuat banyak perusahaan Belanda menghadapi kesulitan akibat kenaikan biaya dan perlambatan ekonomi.
Pewarta: Xinhua
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2024