Jakarta (ANTARA News) - Nokia yang sedang menghadapi kasus pajak di Mahkamah Agung India, pada Jumat lalu mengatakan menerima tagihan pajak penjualan baru 300 juta euro dari Tamil Nadu, sebuah klaim yang dianggap "tidak masuk akal".
Menurut perusahaan Finlandia itu, pihak berwenang di negara bagian selatan India telah menuduh bahwa handset dari pabrik Nokia Chennai tidak diekspor tapi dijual di India. Produk yang diekspor dari India dibebaskan dari pajak.
"Nokia menganggap klaim benar-benar tidak berdasar dan bertentangan dengan undang-undang pajak dalam negeri," kata juru bicara Nokia seperti dikutip Reuters.
Nokia telah mengajukan tuntutan balik ke Pengadilan Tinggi Madras di Chennai untuk melawan klaim dari departemen pajak Tamil Nadu dan diharapkan sidang kasus itu akan digelar minggu ini.
Nokia juga menepis bahwa kasus baru tersebut akan menyulitkan kesepakatan 5,4 miliar euro penjualan bisnis teleponnya kepada Microsoft Corp.
Nokia berharap bisa menyelesaikan kesepakatan penjualan bisnis ponsel dengan Microsoft akhir bulan ini.
Mahkamah Agung India, dalam sengketa pajak yang lebih luas mengenai pabrik Chennai, beberapa pekan lalu memerintahkan Nokia untuk memberikan 35 miliar rupee India dan melepaskan sebagian hak pembelaan hukum sebelum mengalihkan kepemilikan pabrik ke Microsoft.
Para juru bicara perusahaan mengatakan Nokia masih mempertimbangkan pilihannya atas putusan Mahkamah Agung India mengenai pabrik Chennai, salah satu fasilitas terbesar yang memproduksi handset.
Selain Nokia, sejumlah perusahaan asing lainnya juga sedang menghadapi tuntutan pajak di India seperti Vodafone Group, IBM, dan Royal Dutch Shell, demikian dilaporkan Reuters.
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014