Seoul (ANTARA) - Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengatakan gelombang COVID-19 yang sedang berlangsung di Korea Selatan diperkirakan akan mencapai puncaknya sekitar akhir Agustus setelah musim liburan musim panas.
KDCA mencatat Korea Selatan telah mengalami peningkatan tajam dalam jumlah kasus COVID-19 dalam beberapa minggu terakhir dengan rawat inap karena infeksi virus tersebut di 220 institusi medis utama di seluruh negeri meningkat enam kali lipat dalam sebulan hingga mencapai 861 pada minggu pertama bulan Agustus.
"Tren peningkatan ini dapat mencapai puncaknya sekitar akhir Agustus karena kontak antar manusia akan meningkat setelah liburan musim panas dan perubahan tersebut dapat memengaruhi tren infeksi," kata pejabat KDCA Hong Jeong-il dalam pernyataan, Selasa.
Hong menambahkan bahwa tidak cukupnya ventilasi saat menggunakan AC di musim panas juga menjadi penyebab utama lonjakan kasus COVID-19 di musim panas.
Dalam upaya untuk mengendalikan penyebaran, KDCA telah memutuskan untuk memperluas tim respons virus guna meningkatkan pemantauan situasi di dalam dan luar negeri, analisis infeksi, serta pengelolaan perawatan dan pasokan medis lainnya.
Pemerintah Korea Selatan juga akan membentuk badan konsultatif dengan para ahli untuk diskusi rutin tentang tren dan tindakan pencegahan. Pertemuan pertama dijadwalkan akan diadakan pada Rabu.
“Kami sempat mengalami kekurangan alat tes, tetapi kini kami telah mengamankan pasokan. Kami akan membeli perawatan COVID-19 tambahan untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat," tambah Hong.
Selain itu pemerintah juga berencana untuk melanjutkan kampanye vaksinasi pada bulan Oktober dan kelompok berisiko tinggi akan diberikan vaksin gratis.
Adapun gelombang COVID-19 saat ini terutama disebabkan oleh KP.3, sub varian Omicron yang mencakup 45,5 persen kasus di Korea Selatan pada bulan lalu dan virus itu juga menjadi pemicu gelombang infeksi pada musim panas di tempat lain di seluruh dunia.
KDCA menyampaikan lebih dari 90 persen pasien menderita gejala ringan karena tingkat kematian dan keparahan sub varian tersebut relatif rendah dan negara tersebut mampu menangani situasi tersebut dengan sistem medis saat ini.
Namun, pemerintah telah meminta masyarakat untuk mematuhi langkah-langkah pencegahan karena mayoritas pasien rawat inap adalah warga lanjut usia dan kelompok berisiko tinggi.
Sumber : Yonhap
Baca juga: Sekitar 400 juta orang di dunia alami COVID-19 jangka panjang
Baca juga: Pasien rawat inap Covid-19 meningkat enam kali lipat di Korsel
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024