Beijing (ANTARA) - Seorang diplomat senior China baru-baru ini meluncurkan putaran baru "diplomasi ulang-alik" (shuttle diplomacy) untuk mengatasi krisis Ukraina, menggarisbawahi komitmen aktif China untuk menjaga perdamaian global.

Upaya-upaya tersebut menunjukkan komitmen China untuk bertindak sebagai mediator antara pihak-pihak yang bertikai.

Sejak 28 Juli, Li Hui, perwakilan khusus pemerintah China untuk urusan Eurasia, telah mengunjungi Brasil, Afrika Selatan, dan Indonesia, para anggota utama negara-negara Global South, dalam sebuah misi untuk meredam ketegangan.

Dalam kunjungan itu, negara-negara tersebut memuji peran konstruktif China dalam mempromosikan perundingan perdamaian, serta menyuarakan komitmen untuk bekerja sama dengan China dan pihak-pihak terkait lainnya untuk menemukan pendekatan kolektif dan inklusif dalam menyelesaikan krisis ini.

Alih-alih menghasut, banyak negara dari Global South mengemukakan inisiatif perdamaian atau melakukan diplomasi ulang-alik antara Rusia dan Ukraina, menjadi pemain kunci dalam membangun dialog dan mempromosikan perdamaian.

China, khususnya, mempertahankan sikap yang objektif dan tidak memihak, secara konsisten mendukung perdamaian dan dialog. Beijing telah berulang kali mengirim utusan khusus untuk terlibat dalam diplomasi ulang-alik, meletakkan landasan bagi dialog gencatan senjata.

Putaran terbaru diplomasi ulang-alik China didorong oleh keyakinan bahwa semakin banyak negara yang menyerukan perdamaian, semakin besar peluang untuk deeskalasi, membawa dunia lebih dekat kepada perundingan dan perdamaian yang baru.

Menghadapi gejolak dan krisis, China selalu mengadvokasi perdamaian dan mendorong dialog. Selama konflik masih berlanjut, upaya China untuk mempromosikan perdamaian dan dialog tidak akan berhenti. Hal ini berlaku tidak hanya untuk krisis Ukraina tetapi juga untuk isu-isu internasional dan regional lainnya.
 
   Menteri Luar Negeri China  menghadiri upacara penutupan dialog rekonsiliasi di antara faksi-faksi Palestina dan menyaksikan penandatanganan deklarasi untuk mengakhiri perpecahan dan memperkuat persatuan oleh 14 faksi Palestina, di Beijing  23 Juli 2024. ANTARA/Xinhua/Zhai Jianlan

  Pada Juli, 14 faksi Palestina berkumpul di Beijing untuk pertama kalinya untuk mengadakan dialog rekonsiliasi untuk  membawa harapan bagi rakyat Palestina yang menderita.

Sejak pecahnya babak terbaru konflik Israel-Palestina, China telah berulang kali mendorong gencatan senjata di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Pada Maret tahun lalu, dengan dukungan dan fasilitasi dari China, Arab Saudi dan Iran mencapai rekonsiliasi bersejarah di Beijing, memberikan contoh bagi negara-negara di kawasan untuk menyelesaikan konflik dan perbedaan melalui dialog dan konsultasi. Beberapa media Timur Tengah menyerukan, "Mengupayakan perdamaian, meskipun jauh di China."

Dengan menjunjung tinggi konsep keamanan bersama yang komprehensif, kooperatif, dan berkelanjutan, China tidak pernah mengobarkan api konflik atau mengambil keuntungan demi kepentingannya sendiri ketika menghadapi krisis.

Sebaliknya, China mempertahankan sikap objektif dan tidak memihak, secara aktif mengupayakan konsensus di antara komunitas internasional, dan menyuntikkan lebih banyak stabilitas dan energi positif ke dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian.

Saat ini, krisis Ukraina dan konflik Israel-Palestina masih belum terselesaikan, dengan risiko eskalasi lebih lanjut. Komunitas internasional secara luas mengakui perlunya membangun platform komunikasi dan memperkuat upaya-upaya perdamaian, terutama dalam menghadapi situasi yang semakin mengerikan.

Meskipun jalan menuju perdamaian sulit dan penuh rintangan, China tetap berdedikasi pada upaya apa pun yang dapat membantu meredakan ketegangan serta mewujudkan perdamaian dan stabilitas.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024