Changzhi (ANTARA) - ASEAN menawarkan empat bidang kerja sama yang diharapkan dapat mempererat hubungan antarmasyarakat (people-to-people) antara ASEAN dengan China.

"Ada empat bidang strategis utama yang dapat meningkatkan kolaborasi antara ASEAN dan China, pertama penelitian dan pengembangan bersama karena inovasi adalah katalisator kemajuan yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemajuan masyarakat," kata Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN Urusan Komunitas dan Korporasi Nararya S Soeprapto di Changzhi, Provinsi Shanxi, China pada Senin (12/8).

Nararya menyampaikan hal tersebut dalam pembukaan "ASEAN-China Week 2024" dengan tema "ASEAN-China Comprehensive Strategic Partnership: Achieving Prosperity through Innovation" yang dihadiri sekitar 300 peserta dari kalangan diplomat, pebisnis, mahasiswa dan peneliti dari 10 negara anggota ASEAN dan China.

Menurut Nararya, saat ini baik ASEAN maupun China menghadapi tantangan abad ke-21, tapi dengan berkolaborasi dalam penelitian dan pengembangan, kedua pihak dapat mengatasi berbagai masalah global seperti perubahan iklim hingga masalah kesehatan.

"Kedua dalam meningkatkan konektivitas digital. Menjembatani kesenjangan digital, termasuk melalui penyelarasan berbagai inisiatif dalam Kemitraan ASEAN-China tentang Kerja Sama Ekonomi Digital akan memfasilitasi pertukaran ide, sumber daya dan pengetahuan yang lebih efektif," ungkap Nararya.

Di bawah Perjanjian Kerangka Kerja Ekonomi Digital (DEFA), Nararya mengatakan dapat berpotensi menggandakan ekonomi digital kawasan hingga dua triliun dolar AS pada 2030.

"Ketiga, praktik ekonomi berkelanjutan. Upaya kita untuk mencapai kemakmuran ekonomi melalui inovasi harus sejalan dengan komitmen terhadap pembangunan keberlanjutan termasuk untuk kebutuhan usaha kecil dan menengah (UMKM)," tambah Nararya.

Keempat, pengembangan bakat kolektif masyarakat ASEAN dan China,

"Kita harus memprioritaskan pengembangan sumber daya manusia. Dengan mendorong investasi yang kuat dalam pendidikan, pelatihan keterampilan, dan pengembangan kapasitas, kita memberdayakan kaum muda kita untuk menjadi inovator dan pemimpin masa depan," kata Nararya.

Di luar bidang sosial budaya yang menjadi fokus "ASEAN-China Week", menurut Nararya, kedua pihak juga sudah punya sejumlah prestasi di bidang lain seperti  perdagangan, ASEAN dan China menjadi pendukung perdagangan terbuka dan kerja sama ekonomi regional seperti dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), dan perjanjian tentang Kawasan Perdagangan Bebas (FTA) ASEAN-China.

Menurut statistik ASEAN, pada 2023, volume perdagangan antara ASEAN dan China mencapai rekor baru yaitu 702 miliar dolar AS sehingga menjadikan China sebagai mitra dagang terbesar ASEAN selama 15 tahun berturut-turut.

Arus Foreign Direct Investment (FDI) dari China ke ASEAN mencapai 15,5 miliar dolar AS pada 2022 atau setara dengan 6,9 persen dari total arus FDI ke ASEAN.

Kerja sama ASEAN-China di bidang pariwisata juga memainkan peran penting dalam mendorong pertukaran antarmasyarakat dan merangsang pertumbuhan ekonomi di kawasan.

Selama paruh pertama 2023, sekitar 46,5 juta pengunjung melakukan perjalanan di ASEAN dengan sekitar 43 persen berasal dari kawasan; dan asal turis non-ASEAN terbesar ke Asia Tenggara selama periode tersebut adalah China yang mencakup 8,2 persen dari semua kedatangan.

"Jadi sebenarnya secara riil sudah banyak sekali kerja sama ekonomi maupun sosial budaya yang dilakukan ASEAN dan China, walau mungkin masyarakat umum seperti tidak terlalu merasakan tapi saya pernah di swasta sangat merasakan sekali manfaat 'ASEAN Free Trade Agreement' dan 'China-ASEAN Free Trade Agreement' untuk ekspor impor, kesepakatan itu sangat membantu," kata Nararya dalam wawancara dengan ANTARA.

Menurut Nararya, baik ASEAN dan China selama ini punya kepentingan dan kerja sama yang dilakukan sama-sama bermanfaat untuk masing-masing pihak.

"Jadi tidak ada saling memanfaatkan, sama-sama menguntungkan lah termasuk bidang perdagangan, investasi, dan pariwisata sudah pasti. Saya rasa juga termasuk kemajuan bidang infrastruktur dan UMKM," ungkap Nararya.

Ke depan, Nararya menyebut ASEAN-China ingin lebih banyak relasi yang menghubungkan budaya kedua kawasan.

"Kalau secara umum, termasuk pengalaman pribadi, ASEAN-China memang banyak di perdagangan, investasi tapi pada prinsipnya semua hubungan 'people-to-people' dan memang kita harus saling mengenal budaya lebih dekat juga. Dengan mengenal budaya maka kerja sama kita bisa lebih baik," ungkap Nararya.

Baca juga: ASEAN-China eratkan hubungan antarmasyarakat demi stabilitas kawasan
Baca juga: China tegaskan ASEAN sebagai komunitas masa depan dalam suka dan duka
Baca juga: Menlu RI tegaskan ASEAN bukan proksi siapapun

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024