Jinan (ANTARA) - Di sebuah pabrik pembuatan Hanfu di wilayah Caoxian, Provinsi Shandong, China timur, para penjahit sedang memotong kain sutra berwarna putih krem dan menjahit gaun dengan benang sutra berwarna emas.

Li Zhen, yang mengelola perusahaan itu, mengatakan bahwa Hanfu tradisional kebanyakan berupa gaun panjang, menjadikan musim panas sebagai periode off-season untuk membelinya. Namun, perusahaan tersebut telah merancang versi Hanfu yang lebih pendek pada musim panas kali ini, menghadirkan half-skirt dan rok midi, untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan saat cuaca hangat.

"Kami berkonsultasi dengan para desainer secara daring, dan desain produk kami telah disesuaikan beberapa kali untuk (memenuhi) kepuasan kami," tutur Li.

Sebagai wilayah kecil yang terkenal dengan perdagangan elektronik (e-commerce) dan Hanfu, Caoxian secara aktif menjajaki tren konsumen baru untuk mengubah musim panas dari periode off-season menjadi periode puncak (peak season).

Minat konsumen untuk membelinya menunjukkan hal itu dengan jelas. Di aula pameran Youai Yuncang, sebuah pusat Hanfu, gaun yang sederhana dan elegan menarik banyak perhatian.

"Ini merupakan produk terbaru kami untuk musim kali ini, namun belum memiliki nama, karena langsung terjual habis begitu dipajang di rak," ungkap Li Zilei, kepala pusat tersebut, sembari menambahkan bahwa gaun ini terbuat dari kain asetat imitasi.

Dibandingkan dengan rok wajah kuda (horse-face skirt) tradisional, gaun ini tidak memiliki lipatan, serta lebih ramping dan longgar saat menutupi tubuh, cocok sebagai busana harian bagi para pelanggan wanita dari semua kelompok usia.

"Saya senang mengenakan rok wajah kuda seperti ini dengan kain yang lembut pada musim panas. Ini sejuk dan indah," tutur Hu Xinyue, seorang penggemar Hanfu.

Dengan meningkatnya popularitas pakaian tradisional China seperti Hanfu dan rok wajah kuda, busana gaya neo-China, sebuah perpaduan antara mode klasik dan pakaian sehari-hari, telah menjadi barang yang modis bagi generasi muda saat ini.

Pada musim kelulusan tahun ini, Gao Yanjun, yang mengelola bisnis Hanfu, bekerja sama dengan sejumlah universitas untuk mengintegrasikan elemen-elemen Hanfu dan karakteristik kampus ke dalam seragam wisudawan.

"Saya menyukai budaya tradisional China. Busana gaya neo-China menampilkan atribut budaya tradisional China dan cocok untuk dikenakan sehari-hari. Saat saya mengunjungi objek wisata sejarah dan budaya dengan mengenakan busana ini dan berfoto, saya merasa menjadi tokoh utama dalam lukisan yang indah," ujar Xu Qian asal Shanghai.

Kong Fanxing, Direktur Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Caoxian, meyakini bahwa generasi muda akan memberikan dorongan bagi pengembangan Hanfu dan budaya tradisional, dan dengan demikian membentuk siklus pembangunan berkelanjutan yang memiliki kearifan.

Para desainer Hanfu dari generasi pasca-2000-an menyuntikkan vitalitas ke dalam industri tersebut. Zhang Zichen, seorang lulusan baru dari jurusan desain mode, berpartisipasi dalam kegiatan mencoba Hanfu pada Oktober tahun lalu dan tertarik dengan budaya tradisional China. Dia memutuskan pulang ke kampung halamannya untuk mendesain Hanfu. Dia berhasil menandatangani kontrak dengan sebuah perusahaan.

"Boom fesyen musim panas merupakan bukti penerimaan pasar terhadap kami, para desainer dari generasi pasca-2000-an," urainya.

Menurut data dari sejumlah platform e-commerce, sebanyak 1.200 dari 2.000 toko Hanfu daring teratas di China berasal dari Caoxian. Saat ini, hampir 100.000 orang turut ambil bagian dalam bisnis tersebut. Seluruh proses, mulai dari pencelupan dan pemotongan kain hingga penjahitan pakaian dapat diselesaikan di Caoxian dalam jarak lima kilometer, sehingga membentuk rantai industri yang lengkap dan sistem inkubasi merek. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024