Jakarta (ANTARA News) - Les Abend, pilot Boeing 777 dan editor majalah Flying, meyakini keadaan darurat dalam kabin pesawat selagi terbang adalah penjelasan paling masuk akal untuk hilangnya Malaysia Airlines nomor penerbangan MH370.

Keyakinan sama pernah dilontarkan pakar dirgantara Indonesia yang juga mantan presiden, BJ Habibie, yang meyakini MH370 meledak di atas ketinggian 33.000 kaki (10 km).

"Ada beberapa jenis masalah mekanis yang mungkin terus bertambah buruk ketika pilot berusaha mempelajari checklist (daftar periksa) untuk memastikan masalah yang mereka hadapi dan memecahkannya berdasarkan checklist itu,” kata Abend kepada Anderson Cooper dari CNN beberapa hari lalu seperi dikutip laman majalah Flying.

Pihak berwenang Malaysia menyatakan MH370 sengaja dibelokkan dari rute seharusnya setelah sistem komunikasi pesawat, termasuk transponder dan Aircraft Communications Addressing and Reporting System (ACARS) yang berfungsi sebagai pengirim pesan singkat pesawat ke satelit, dimatikan dengan sengaja yang kemungkinan untuk menghindari pantauan radar.

Tapi Les Abend menegaskan pilot tidak akan bisa mematikan ACARS dari kokpit karena jika mematikannya seseorang mesti turun ke pusat avionik (avionic bay) di bawah kokpit untuk mematikan unit satelitnya.

Menolak teori bahwa pilot atau awak MH370 telah mematikan pusat avionik ini, Abend mengatakan bahkan dengan seabrek pengalaman yang dimilikinya selama menerbangkan Boeing 777 untuk satu maskapai AS dia sendiri mengaku sama sekali tidak tahu bagaimana mematikan pusat avionik.

Abend justru menyebut penjelasan paling mungkin untuk mati mendadaknya transponder, ACARS dan sistem komuniksi lainnya adalah keadaan darurat seperti kebakaran atau ledakan yang merusak komponen-komponen di dalam pusat avionik.

"Jika kebakaran atau ledakan ini pelan-pelan mengganggu semua sistem avionik dan komunikasi internal serta kontrol penerbangan, maka akan sangat merusak,” kata Abend.

Para pilot, sambung dia, bisa kehilangan kemampuannya memeriksa checklist elektronik Boeing 777 karena harus berjuang mengatasi keadaan darurat tersebut.

"Tentu saja, kita tak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Penerbangan 370 tanpa tahu lokasi pesawat itu, data penerbangannya, dan rekaman suara kokpitnya," kata dia.

Pendapat Les Abend ini agak mirip dengan penilaian pakar dirgantara Indonesia BJ Habibie yang meyakini MH370 meledak di atas ketinggian 33.000 kaki atau 10 km.

"Saya yakin pesawat yang dicari itu tidak akan ditemukan karena pesawat terbang itu meledak berkeping-keping di atas ketinggian 10 kilometer," kata Habibie beberapa waktu lalu.

Yang berbeda adalah Habibie menyebut faktor ledakan karena ada bocoran pada tangki bahan bakar di sayap pesawat. Namun dia pun tidak ingin memastikan penyebab utama ledakan karena semuanya akan jelas jika kotak hitam pesawat tersebut ditemukan.

"Saya tidak bisa katakan apakah disebabkan dari sayap atau mesin pesawat karena kasihan pada pihak yang membuat komponen tersebut," kata Habibie waktu itu.

Agak mirip dengan penjelasan Abend, Habibie memperkirakan pilot tidak sempat melaporkan ketidakberesan dalam pesawat karena dalam waktu singkat harus mencari lapangan terdekat untuk mendaratkan pesawat.

"Namun dia (pilot) baru melihat deteksi pada monitor lalu meledak. Mungkin karena itu, pilot tidak sempat mengontak dan tidak sempat melaporkan kondisi SOS," kata Habibie.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014