Kairo (ANTARA) - Palestina menolak usulan untuk membuka pos pemeriksaan Rafah di perbatasan antara Mesir dan Jalur Gaza dengan ketentuan dari Israel, lapor Sky News Arabia, dengan mengutip sumber yang akrab dengan masalah ini.

Sebuah sumber mengatakan kepada penyiar tersebut bahwa Israel mengusulkan pembukaan pos pemeriksaan Rafah di bawah kendali warga sipil tanpa keterkaitan dengan badan keamanan Palestina, dan sumber itu menambahkan bahwa tawaran tersebut telah ditolak.

Usulan Israel itu dilaporkan membatasi pengibaran bendera Palestina di atas pos pemeriksaan dan di perbatasan.

Sumber tersebut juga menambahkan bahwa negara Yahudi itu bersikeras mempertahankan kehadirannya di wilayah tersebut dan di Koridor Philadelphi, serta mempertahankan hak untuk campur tangan dalam pemeriksaan dan interogasi.

Pada 7 Oktober 2023, Israel mengalami serangan roket yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Jalur Gaza yang dikuasai Hamas.

Selain itu, pejuang Hamas menyusup ke daerah perbatasan, melepaskan tembakan ke arah militer dan warga sipil, serta menyandera lebih dari 200 orang.

Menurut Israel, sekitar 1.200 orang tewas. Kemudian, tentara Israel melancarkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza dengan tujuan yang dinyatakan untuk menghancurkan Hamas dan membebaskan para sandera.

Jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober telah melampaui 39.790 orang, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut.

Sumber: Sputnik-OANA

Baca juga: Kemhan: Tenaga kesehatan TNI di Gaza dirotasi setiap bulan
Baca juga: Bantuan tertahan di perlintasan Rafah saat krisis Gaza kian memburuk


Penerjemah: Primayanti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024