Jakarta (ANTARA) - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah berkomitmen untuk mengembangkan riset varietas tebu untuk lahan eks tambang di proyek pabrik gula di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Komitmen tersebut diwujudkan lewat penandatanganan nota kesepahaman antara Muhammadiyah dan PT Wadah Karya Rembang tentang penelitian dan pengembangan varietas tebu untuk konversi lahan terbengkalai dan eks tambang.
 
"Dulu, kita ini pengekspor gula terbesar kedua di dunia, tapi sekarang kita malah impor. Industri gula nasional harus bangkit," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir melalui keterangan di Jakarta, Senin.

Baca juga: Unand gandeng Unhan kembangkan riset gandum untuk ketahanan pangan

Haedar mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi pengelolaan sumber daya alam yang belum sepenuhnya dinikmati oleh seluruh masyarakat.
 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, ungkap dia, produksi gula hanya mencapai 2,4 juta ton. Untuk menutupi kekurangannya, pemerintah melakukan impor gula sebesar 6 juta ton.
 
"Kualitas tebu yang menurun, padahal luas lahan meningkat menjadi salah satu persoalan mendasarnya," ujarnya.
 
Haedar menyatakan pihaknya berkomitmen untuk mendorong reformasi tata kelola sumber daya alam yang inklusif dan berkeadilan.
 
Salah satunya, kata dia, yakni dengan adanya Perguruan Tinggi Muhammadiyah, yang didorong untuk melakukan riset untuk meningkatkan produksi tebu nasional dengan memperbaiki kualitas tebu, pengembangan agroteknologi berbasis teknologi, dan praktik smart farming dalam perkebunan tebu.
 
Upaya tersebut disambut baik oleh Direktur Utama PT Wadah Karya, Kamadjaya yang menilai hal tersebut merupakan bentuk dakwah ekonomi yang bisa membantu nasib petani tebu dan menyelamatkan produksi gula nasional.
 
"Saya bersyukur bisa bergandengan tangan dengan Muhammadiyah, ahli pertanian dari kampus-kampusnya bisa membantu kami," katanya.

Baca juga: Pemkot Semarang-BRIN kolaborasi kembangkan riset ketahanan pangan

Baca juga: BRIN: Indonesia punya 11 varietas padi toleran kekeringan
 
Sementara itu, Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) PP Muhammadiyah, Fajar Riza Ul Haq menyebutkan pihaknya mempunyai sumber daya yang bisa dioptimalkan untuk mendukung kemandirian pangan dan energi.
 
Terlebih, kata dia, sejalan dengan komitmen Presiden Terpilih, Prabowo Subianto di tengah ancaman krisis pangan dan konflik global, menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
 
"Muhammadiyah mampu berkontribusi dalam mewujudkan agenda kemandirian pangan pemerintahan baru nanti, di antaranya dengan mengembangkan inovasi teknologi di bidang pertanian yang ramah lingkungan," kata Fajar.

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024