Atas nama kebebasan, akhiri sekarang juga pemerintahan diktator."

Caracas (ANTARA News/AFP) - Pasukan keamanan Venezuela menembakkan gas air mata dan menangkap 20-ribuan warga yang berpawai di jalanan kota Caracas yang menentang apa yang mereka anggap sebagai tekanan yang kuat terhadap kelompok yang anti-Presiden Nicolas Maduro, Sabtu waktu setempat (Minggu WIB).

Sekurang-kurangnya 31 orang terbunuh dalam aksi protes oleh mahasiswa yang berlangsung lebih dari enam pekan untuk menentang pemerintah, suatu tantangan besar bagi Maduro, pemimpin sosialis yang terpilih menggantikan mendiang Presiden Hugo Chavez.

Maduro dan pemerintahannya menjadi sasaran protes rakyat hampir setiap hari, dipicu oleh kasus kejahatan yang meningkat, inflasi tidak terkendali, kelangkaan bahan kebutuhan pokok termasuk kertas toilet dan lebih jauh lagi taktik polisi yang berlebihan.

Para demonstran sebagian menyalahkan hubungan dekat Caracas dengan Kuba, satu-satunya negara komunis satu partai di Benua Amerika.

Aksi unjukrasa pada Sabtu semula berlangsung damai hingga ada kelompok anak muda bertopeng yang mencoba menghadang jalan bebas hambatan yang padat, sehingga membuat campur-tangan polisi anti-huru-hara dan semprotan gas air mata oleh pasukan keamanan untuk membubarkan massa.

Anak-anak muda itu membalas dengan lemparan batu dan semakin banyak gas airmata yang disemprotkan untuk menghalangi pemrotes menghadang jalan raya.

Setidaknya enam orang telah ditahan, demikian laporan AFP.

Terjadi unjuk rasa juga di kota-kota lain, seperti Valencia di Utara, Marida dan San Cristobal di Barat.

"Atas nama kebebasan, akhiri sekarang juga pemerintahan diktator." Itulah isi spanduk-spanduk yang diusung para pemrotes, yang antara lain diikuti pemimpin oposisi Henrique Capriles.

Maduro, yang menggantikan Chavez tahun lalu, mengundang dialog secara bersamaan kelopok garis keras yang menentang oposisi dan pesaingnya, para pengunjukrasa.

Ia mengatakan, menangkis upaya kudeta yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan kelompok fasis lainnya.

Protes kebanyakan terjadi di kalangan oposisi kelas menengah-ke atas sementara Maduro masih mendapat dukungan yang besar dari warga miskin Venezuela yang jumlahnya besar.

Tindakan terhadap tokoh-tokoh oposisi itu jauh berbeda dengan seruan Maduro pada pesaingnya untuk bergabung dalam "konferensi damai".

Oposisi utama menolak bergabung dalam dialog sampai pemerintah membebaskan lebih dari 100 orang pemrotes yang saat ini ditahan di balik jeruji besi.
(Uu.M007)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014