Jakarta (ANTARA) - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI berkomitmen untuk terus memantau perkembangan peristiwa penembakan tiga orang terduga anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah pada Selasa (16/7).
“Komnas HAM berkomitmen untuk terus memantau perkembangan kasus ini dan akan mengumumkan hasil akhir pemantauan serta rekomendasi kepada publik setelah semua informasi terkumpul dan dianalisis secara menyeluruh,” ucap Koordinator Subkomisi Penegakan HAM Komnas HAM RI Uli Parulian Sihombing dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Senin.
Komnas HAM, terang Uli, telah melaksanakan serangkaian pemantauan lapangan terkait peristiwa tersebut pada tanggal 6–10 Agustus 2024. Komnas HAM telah meminta keterangan dari berbagai pihak, mengumpulkan dokumen terkait, serta melakukan peninjauan langsung ke lokasi kejadian.
“Di tempat peristiwa tersebut, Komnas HAM melakukan permintaan keterangan secara langsung dengan keluarga korban dan para saksi, dan mengumpulkan barang bukti yang diperlukan,” kata Uli.
Selain itu, Komnas HAM juga melakukan peninjauan lapangan ke tempat peristiwa kerusuhan usai penembakan itu, yakni di depan RSUD Mulia Puncak Jaya dan meminta keterangan secara langsung kepada para saksi dan tenaga kesehatan.
“Dalam proses pemantauan ini, Komnas HAM telah menemukan sejumlah fakta dan informasi yang akan ditindaklanjuti secara menyeluruh guna memastikan hak-hak korban dilindungi, ditegakkan, dan dipenuhi sesuai dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia,” ujarnya,
Sebagai bagian dari langkah tindak lanjut, Komnas HAM berencana untuk meminta keterangan pihak terkait lainnya untuk melengkapi dan memperjelas temuan yang sudah ada.
“Hal ini penting untuk memastikan transparansi, akuntabilitas, serta keakuratan dalam penanganan kasus ini serta untuk menyusun rekomendasi yang baik,” imbuh Uli.
Komnas HAM, tambah Uli, menghargai langkah-langkah yang diambil oleh forum koordinasi pimpinan daerah (forkopimda), pemimpin komunitas agama maupun adat, serta masyarakat setempat dalam menciptakan kondisi yang kondusif.
“Tindakan cepat dan tepat dari semua pihak yang terlibat menjadi kunci utama dalam menjaga harmoni sosial,” ucapnya.
Sebelumnya, Kapendam XVII Letkol Inf Chandra Kurniawan membenarkan anggota TNI menembak tiga terduga anggota OPM pimpinan Teranus Enumbi di wilayah Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah.
"Memang benar, anggota Satgas Yonif RK 753/AVT, Selasa (16/7) malam, sekitar pukul 19.45 WIT, melakukan penindakan dengan menembak terduga anggota OPM pimpinan Teranus Enumbi," kata Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Chandra Kurniawan dalam keterangan tertulisnya di Jayapura, Rabu (17/7).
Chandra menjelaskan, insiden itu berawal dari adanya dugaan keberadaan Teranus Enumbi bersama beberapa anggotanya memasuki pemukiman warga di Kampung Karubate, Distrik Muara, Kabupaten Puncak Jaya dengan membawa senjata api.
Satgas Yonif RK 753/AVT kemudian merespons dugaan itu dengan melakukan penindakan terhadap gerombolan OPM tersebut. Saat akan ditangkap, anggota OPM melakukan perlawanan dengan mengeluarkan tembakan ke arah prajurit, sehingga dibalas untuk melumpuhkan mereka.
Tiga orang terduga OPM yang tewas adalah SW (33), YW (41), dan DW (36). Di tempat kejadian peristiwa juga ditemukan satu pucuk senjata api jenis pistol rakitan serta bendera Bintang Kejora.
"Pimpinan OPM Teranus Enumbi berhasil lolos melarikan diri," kata Chandra tentang Teranus Enumbi yang merupakan salah satu pimpinan OPM yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) polisi terkait penyerangan ke aparat keamanan tahun 2018.
Baca juga: Kapendam XVII/Cenderawasih: Korban penembakan OPM bukan anggota TNI
Baca juga: Korban penembakan OPM dievakuasi dari Homeyo ke Timika
Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2024