Dari sekitar 555 jenis rumput laut tersebar di Indonesia, 55 jenis di antaranya diketahui bernilai ekonomis tinggi.
Makassar (ANTARA News) - Pada 2014 Indonesia menargetkan produksi rumput laut basah sebesar 10 juta ton atau sekitar satu juta ton rumput laut kering.
"Hal ini menyikapi tingginya permintaan pasar dunia dan Indonesia menempati posisi sebagai negara penghasil rumput laut terbesar di dunia dengan volume ekspor174 ribu ton atau setara degan nilai transaksi dagang 132,48 juta dolar Amerika pada 2013," kata Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Antarjo Dikin di sela-sela kehadirannya di Makassar, Sabtu.
Dia mengatakan, rumput laut merupakan bagian dari potensi keanekaragaman hayati yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Rata-rata produksi mencapai 46,73 ton per tahun dan dimanfaatkan sekitar 0,7 juta ton per tahun untuk bahan makanan, pakan ikan, cat, keramik, kosmetik, pasta gigi, shampo dan farmasi (obat-obatan).
Menurut dia, dari total eskpor rumput laut ke luar negeri, sekitar 50 persen diantaranya dikirim ke China. Sisanya dikirim ke negara-negara Eropa seperti Belanda, Denmark, Prancis, Spanyol dan Inggris).
"Prospek ekonomi rumput laut ini sangat baik, karena menjadi bisnis baru yang menjanjikan dan bahan makanan sehat," katanya.
Turunan produk rumput laut yang dihasilkan banyak kegunaannya diantaranya sebagai pengenyal, pengemulsi dan penjernih. Dari sekitar 555 jenis rumput laut tersebar di Indonesia, 55 jenis di antaranya diketahui bernilai ekonomis tinggi.
Adapun tiga jenis rumput laut yang sudah dikembangkan adalah Gracilaria spp (agar-agar), Eucheuma cottoni (karaginan) dan sargassum spp (Alginat) spinosum dengan lahan budidaya mencapai 1.110.900 hektare.
"Untuk mendukung kegiatan ekspor, semua persyaratan pasar mancanegara harus diperhatikan misalnya batas cemaran timbal (Pb) pada rumput laut sebesar 0,001 persen (10 ppm) dan Arsenik (As) maksimum 0,0002 persen (2 ppm)," katanya.
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014