Moskow (ANTARA) - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. pada Minggu (11/8) mengkritik tindakan pesawat tempur China dalam insiden di Laut China Selatan yang melibatkan pesawat patroli Filipina, menyebut tindakan tersebut "ilegal dan ceroboh."

China dan Filipina saling menyalahkan atas insiden yang terjadi pada Kamis (8/8).

Militer Filipina mengatakan bahwa pesawat China melakukan manuver berbahaya saat terbang di dekat pesawat Filipina selama misi di dekat Kepulauan Spratly yang dipersengketakan, sementara China menuduh pesawat Filipina telah melanggar wilayah udaranya.

"Saya dengan tegas mengecam insiden udara di Bajo de Masinloc awal pekan ini ... Tindakan pesawat Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) tidak dapat dibenarkan, ilegal, dan ceroboh," kata Marcos Jr., merujuk pada pulau tersebut dengan nama Filipina.

Afiliasi teritorial dari sejumlah pulau dan terumbu karang di Laut China Selatan telah menjadi subjek sengketa antara China, Filipina, dan beberapa negara Asia-Pasifik lainnya selama beberapa dekade.

Cadangan minyak dan gas yang signifikan telah ditemukan di landas kontinen pulau-pulau tersebut, termasuk Kepulauan Paracel, Pulau Thitu, Karang Scarborough, dan Kepulauan Spratly, dengan Karang Whitson menjadi bagian darinya.

Pada Juli 2016, Pengadilan Tetap Arbitrase di Den Haag memutuskan bahwa China tidak memiliki dasar untuk klaim teritorial di Laut China Selatan.

Pengadilan menyatakan bahwa pulau-pulau tersebut bukan wilayah yang disengketakan dan tidak membentuk zona ekonomi eksklusif, tetapi Beijing menolak menerima putusan tersebut.

Sumber: Sputnik
Baca juga: Uni Eropa tuduh China atas insiden maritim di Laut China Selatan
Baca juga: Prajurit Filipina terluka akibat insiden terbaru dengan China di LCS
Baca juga: Filipina kembali kerahkan pasukan di LCS setelah insiden dengan China

 

Penerjemah: Primayanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024