Saat ini seluruh wilayah NTB masih dalam periode musim kemarau
Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan memasuki puncak musim kemarau warga diimbau tetap waspada kekeringan meluas di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Saat ini seluruh wilayah NTB masih dalam periode musim kemarau," kata Prakirawan BMKG NTB I Gede Widi Hariarta melalui keterangan tertulisnya di Mataram, Senin.

Pada Dasarian II Agustus 2024 (12 – 20 Agustus 2024) potensi hujan di wilayah NTB sangat rendah. Potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang kurang 20 mm/dasarian.

"Memiliki peluang kejadian sebesar kurang 10 persen di seluruh wilayah NTB," katanya.

Baca juga: BMKG: Waspada kekeringan meteorologis di lima willayah DIY

Berdasarkan analisis dan prediksi curah hujan dasarian, kata dia, terdapat indikasi kekeringan meteorologis (iklim) sebagai dampak dari kejadian hari kering berturut-turut dengan indikator hari tanpa hujan dengan potensi Waspada, Siaga, dan Awas, terjadi di daerah.

"Level Waspada nihil, Level Siaga di Kabupaten Bima dan Level Awas di Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Bima," katanya.

Ia mengatakan hasil monitoring ENSO (El Nino-Southern Oscillation) terakhir menunjukkan Indeks ENSO (+0.115) terpantau berada pada kondisi netral. Kemudian prediksi Indeks ENSO diprediksi berpotensi menuju La Nina mulai periode Agustus-September-Oktober (ASO) 2024.

Baca juga: NTB distribusikan 355.000 liter air untuk warga terdampak kekeringan

Sedangkan nilai anomali SST (suku permukaan air laut) di Samudera Hindia menunjukkan nilai IOD (Indian Ocean Dipole) Netral (+0.46) dan diprediksi IOD Netral akan berlangsung Agustus hingga Januari 2025.

"Aliran masa udara wilayah Indonesia bagian Selatan termasuk NTB masih didominasi angin timuran," katanya .

Ia mengatakan MJO (Madden Julian Oscillation) diprediksi tidak aktif, namun gelombang Equatorial Rossby diprediksi aktif di wilayah Nusa Tenggara pada awal dasarian I Agustus.

"Aktifnya MJO dan gelombang atmosfer berkaitan dengan potensi peningkatan pembentukan awan hujan," katanya.

Baca juga: Jatim, NTT, NTB kekeringan setelah nyaris tiga bulan tanpa hujan

Pewarta: Akhyar Rosidi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024