Hal tersebut dikemukakan Suswono di awal pekan ini di Kabupaten Temanggung di sela-sela panen dan pencanangan gerakan tanam cabai rawit merah di Dusun Gemawang, Desa Pakurejo, Kecamatan Bulu.
Suswono mengatakan volume pupuk bersubsidi tahun ini turun dari tahun lalu, yakni dari 9,5 juta ton menjadi 7,76 juta ton.
Menurut dia, penurunan volume subsidi tersebut karena harga pokok produksi (HPP) dari pabrik pupuk mengalami kenaikan, sedangkan nilai subsidi pupuk tetap sama Rp18 triliun.
"Dana sebanyak Rp18 triliun tersebut, sebelumnya cukup untuk alokasi pupuk subsidi sekitar sembilan jutaan ton. Setelah HPP naik, membuat volume pupuk subsidi berkurang menjadi 7,76 juta ton," katanya.
Ia meminta petani tidak usah khawatir karena berapapun kebutuhan pupuk petani pasti akan dipenuhi.
"Mau tidak mau harus ditambah, karena faktanya dengan hanya 7,76 juta ton tidak cukup. Tinggal skema penambahannya seperti apa, karena di APBN sekarang tidak tercakup," katanya.
Menurut dia, kemungkinan penambahan pupuk dilakukan melalui dua skema, yakni bisa melalui APBN perubahan atau dengan skema kurang bayar, yakni kebutuhannya berapa nanti kekurangan dananya bisa dibayar di tahun depan.
"Jika tidak bisa tercakup dalam APBN Perubahan maka pemerintah akan berutang pupuk dulu ke pabrik, lalu dibayarkan dengan mekanisme penganggaran di tahun berikutnya. Yang jelas kebutuhan pupuk petani harus dipenuhi," katanya.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014