Kunming (ANTARA) - Menjelang Festival Qixi, atau yang juga dikenal sebagai Hari Valentine China, Shi Najun, penanggung jawab di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang keperluan pesta pernikahan di Provinsi Yunnan, China barat daya, sibuk merencanakan pesta pernikahan untuk pasangan dari berbagai penjuru di China.

Perusahaan Shi berbasis di Lijiang, salah satu destinasi wisata populer yang terkenal dengan lanskapnya yang menakjubkan, termasuk pegunungan yang tertutup salju dan kota-kota kuno yang kaya akan budaya etnis.

Dalam beberapa tahun terakhir, Kota Lijiang menjadi destinasi yang banyak dipilih para calon pengantin untuk melangsungkan pesta pernikahan.

"Pada Festival Qixi (10 Agustus), akan ada delapan pesta pernikahan, dan rata-rata lima pesta pernikahan per hari dalam tiga hari sebelum dan sesudahnya," kata Shi, seraya menambahkan bahwa perusahaannya telah menerima pemesanan untuk pesta pernikahan pada 9 September, tanggal yang identik dengan cinta "abadi" dalam bahasa Mandarin, dan juga untuk Hari Valentine tahun depan serta tanggal 20 Mei, yang pengucapannya mirip dengan kalimat "aku mencintaimu" dalam bahasa Mandarin.

Xiao Yu (28) menggelar pesta pernikahannya di Lijiang tahun lalu. Pada hari pernikahannya, Xiao hanya mengundang orang tua dan teman-teman dekatnya. Setelah seremoni sederhana pada pagi hari, mereka langsung pergi berlibur pada sore hari. Perayaan pernikahan selama enam hari tersebut hanya menghabiskan biaya kurang dari 40.000 yuan (1 yuan = Rp2.227) atau sekitar 5.600 dolar AS (1 dolar AS = Rp15.952).

"Kami bekerja di kota tingkat pertama dan terlalu sibuk untuk mengadakan pesta pernikahan tradisional yang panjang dan rumit di kampung halaman kami. Kami tidak menginginkan pernikahan semacam itu, dan kami juga tidak ingin membebani orang tua dan kerabat kami," kata Xiao, seraya menambahkan bahwa mengadakan destination wedding dapat menghemat banyak biaya.

Belakangan ini, konsep penyelenggaraan pernikahan yang disebut destination wedding menjadi semakin populer. Tak seperti pernikahan tradisional, yang kerap diadakan di kampung halaman pasangan dengan dihadiri oleh keluarga besar dan teman, destination wedding memungkinkan pasangan untuk melangsungkan pernikahan di destinasi wisata pilihan mereka.
 
Sepasang suami istri berpose untuk berfoto dengan latar belakang pegunungan yang tertutup salju saat destinasi pernikahan di Lijiang, Provinsi Yunnan, Tiongkok barat daya, 7 April 2024. (Xinhua) 


 Di Kota Tengchong, Yunnan, sebanyak 24 pasangan muda akan melangsungkan pernikahan dengan konsep destination wedding saat Festival Qixi

Wei Huantian dan suaminya baru-baru ini melangsungkan pernikahan mereka di Tengchong dan melakukan tur sepeda selepas upacara yang singkat dan sederhana.

"Pesta pernikahan tradisional cenderung monoton dan cukup rumit. Karena kami berdua senang bepergian dan memiliki pengalaman yang luar biasa sebelumnya di Yunnan, kami memutuskan untuk menggelar pernikahan berkonsep destination wedding di sini," ujar Wei.

Di Dali, salah satu destinasi wisata paling populer di Yunnan yang terkenal dengan pemandangan alam serta warisan sejarah dan budayanya, lebih dari 4.400 destination wedding diadakan tahun lalu. Sekitar 90 persen pasangan yang menggelar pernikahan berasal dari luar provinsi.

Wang Sihan, seorang mitra di sebuah perusahaan jasa perencanaan destination wedding di Dali, menyaksikan pertumbuhan pesat dari industri ini.

Wang menceritakan bahwa pada 2017, hanya ada dua atau tiga pasangan yang melangsungkan pesta pernikahan setiap bulannya, tetapi kini rata-rata terdapat satu pesta pernikahan setiap hari. Bahkan pada hari-hari libur khusus, tiga atau empat pesta pernikahan bisa digelar dalam satu hari.

"Sejak 2019, bisnis ini meningkat secara signifikan. Banyak perusahaan pesta pernikahan tradisional telah melakukan ekspansi ke pasar destination wedding," tambahnya.

Wang juga mengatakan bahwa semakin banyak klien memilih untuk memadukan unsur budaya etnis lokal tradisional dan elemen historis ke dalam pesta pernikahan mereka. Mereka memilih makanan khas lokal dan kerajinan warisan budaya takbenda sebagai suvenir untuk dibagikan kepada teman dan keluarga. "Integrasi mendalam antara destination wedding dengan budaya dan pariwisata lokal diharapkan akan menjadi tren baru dalam perkembangan industri ini di masa depan," imbuhnya.

Di platform sosial Xiaohongshu, tren destination wedding juga menjadi topik hangat dengan lebih dari 380.000 unggahan yang membagikan tips, biaya, dan saran untuk menyelenggarakan pernikahan semacam itu. Selain Yunnan, Xinjiang, Sichuan, dan Hainan juga menjadi lokasi destination wedding yang populer.

Fenomena ini menunjukkan pergeseran sikap kaum muda terkait pesta pernikahan, kata Chen Kunting dari Universitas Keuangan dan Ekonomi Yunnan.

Ritme cepat kehidupan masyarakat modern telah mendorong banyak anak muda untuk memilih kesederhanaan dan efisiensi yang ditawarkan pernikahan berkonsep destination wedding. Dibandingkan dengan generasi yang lebih tua, generasi muda saat ini lebih mengutamakan perasaan dan pengalaman emosional yang didapatkan dari penyelenggaraan pesta pernikahan, tutur Chen. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2024