Jambi (ANTARA) - Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi memperoleh pendanaan riset nasional selama tiga tahun dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui skema Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM-Ekspedisi) tentang kesultanan di Sumatera.

Ketua Tim Riset UIN Jambi Titin Agustin Nengsih dalam keterangan tertulis di Jambi, Minggu, mengatakan penelitian ini berkolaborasi antara UIN Jambi, BRIN, dan Universitas Jambi (Unja).

Tim riset diisi oleh para pakar dengan latar belakang keilmuan berbeda-beda. Penelitian tiga tahun ini bertemakan inovasi model prediktif penelusuran jejak makam kesultanan di Pulau Sumatra berbasis GIS dan model regresi logistik.

Pendanaan beberapa tahun dari BRIN tersebut akan memetakan makam-makam kesultanan Islam kuno yang tersebar di seluruh Sumatra mulai 2024 hingga 2026. Berdasarkan data awal, makam Islam kuno di Sumatra jumlahnya banyak dan tersebar di berbagai wilayah. Makam-makam tersebut umumnya berkaitan erat dengan sejumlah kesultanan Islam di Sumatra.

“Selama ini, penelitian mengenai makam kesultanan Islam kuno dikaji melalui metode historis atau arkeologis, kali ini kita akan menelitinya melalui pendekatan kuantitatif sehingga pola dan model makam Kesultanan Islam di Sumatra dapat terlihat jelas," katanya.

Baca juga: Bahasa Indonesia warisan budaya dominan di perbatasan RI-Timor Leste

Dia menjelaskan penelitian terbagi tiga tahap. Tahap pertama pada 2024 pengumpulan data dilakukan di enam provinsi, meliputi Jambi, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung.

Pada 2025 survei dilakukan di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara, sedangkan pada 2026 riset ini difokuskan di Provinsi Kepulauan Riau dan Bangka Belitung.

Seluruh makam kesultanan Islam di Sumatra akan terpetakan dan terekam secara komprehensif.

Titin menyebutkan penelitian ini penting karena sejarah kesultanan Islam di Sumatra masih belum terpetakan dengan baik. Berdasarkan data terdahulu, hadirnya Islam ke Sumatra teridentifikasi melalui sejumlah catatan penjelajah Arab. Mereka menyebut bahwa orang Muslim Arab telah melakukan kontak dengan masyarakat Sumatra. Mereka datang dari Semenanjung Arab ke berbagai wilayah di nusantara, sembari berdagang mereka berdakwah sehingga Islam diterima oleh masyarakat Sumatra.

Beberapa kota pelabuhan internasional era Kedatuan Sriwijaya yang didatangi pedagang Muslim adalah Barus serta beberapa lokasi lainnya di pantai timur Sumatra.

Namun, bukti arkeologis terawal yang menegaskan eksistensi kesultanan Islam terawal di tanah Sumatra teridentifikasi melalui nisan Malik As-Saleh di Aceh Utara. Riwayat kesultanan tersebut juga ditegaskan di dalam naskah Hikayat Raja-Raja Pasai.

“Kita meyakini bahwa penelitian komprehensif selama tiga tahun tersebut akan melengkapi kronologi sejarah kesultanan-kesultanan Islam di Sumatra," katanya.

Baca juga: BRIN: Riset sastra dan bahasa bisa didanai lewat skema RIIM ekspedisi
Baca juga: Tim Riset BRIN teliti manuskrip kuno di Maluku 

Pewarta: Tuyani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024