Mencapai gencatan senjata permanen di Gaza tetap menjadi prioritas, demikian pernyataan misi permanen Iran di PBB pada Sabtu menjawab pertanyaan tentang apakah Teheran akan menunda rencana pembalasannya atas perundingan gencatan senjata yang direncanakan.
Pernyataan itu mengecam pembunuhan Haniyeh di Teheran sebagai "pelanggaran keamanan dan kedaulatan nasional Iran. Kendati demikian, Iran akan menerima setiap kesepakatan yang diterima oleh Hamas.
Iran menekankan haknya untuk membela diri tetapi juga menekankan bahwa mereka berharap tanggapannya tidak akan menghalangi upaya gencatan senjata yang sedang berlangsung.
Pernyataan Iran muncul di tengah meningkatnya ketegangan setelah pembunuhan Haniyeh pada 31 Juli, serta serangan Israel sebelumnya di Beirut yang menewaskan Fouad Shukr, seorang komandan senior kelompok Hizbullah Lebanon.
Adapun pada Kamis, para pemimpin dari Mesir, Qatar, dan AS menyerukan dimulainya kembali perundingan gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas yang dijadwalkan pada Rabu atau Kamis minggu depan di Doha atau Kairo.
Serangan Israel terhadap Jalur Gaza telah menewaskan hampir 39.700 orang sejak Oktober lalu menyusul serangan lintas perbatasan oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas.
Lebih dari 10 bulan setelah serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) yang memerintahkannya untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserang pada 6 Mei.
Sumber : Anadolu
Baca juga: Iran harap responsnya pada Israel tak mengganggu gencatan senjata Gaza
Baca juga: Prancis desak Iran hindari peningkatan eskalasi militer di kawasan
Baca juga: Iran gunakan hak membela diri secara sah untuk lawan agresi Israel
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024