Cerah menatap ke depan

Bisa dibilang Olimpiade Paris 2024 adalah langkah mundur bulu tangkis Indonesia setelah selalu mendapatkan medali emas dalam dua Olimpiade sebelumnya, dari ganda campuran Liliyana Natsir/Tontowi Yahya pada 2016 dan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu pada 2021.

Kabar baiknya, Gregoria Mariska Tunjung memberi pesan bahwa Indonesia kini bisa mengandalkan lagi tunggal putri setelah terakhir kali sektor ini mempersembahkan medali saat Maria Kristin merebut medali perunggu Olimpiade 2008.

Kenapa kabar baik? Karena di belakang Gregoria yang berusia 24 tahun, antre pemain-pemain muda yang bisa memperbesar harapan medali pada Olimpiade Los Angeles 2028, khususnya Ester Wardoyo yang berusia 18 tahun dan Komang Ayu Dewi yang berusia 21 tahun.

Mereka akan menjadi kekuatan tambahan untuk semua nomor bulu tangkis, yang mungkin akan terpacu untuk lebih kuat lagi setelah hasil kurang memuaskan dalam Olimpiade Paris 2024.

Di Los Angeles pada 2028, Ester dan Komang diperkirakan tengah berada di puncak kematangan karier yang juga periode emas Olimpiade.

Mayoritas peraih medali emas Olimpiade tunggal putri berusia 21-24 tahun. Hanya Zhang Ning pada 2004 dan 2008, yang meraih medali emas tunggal putri di atas usia 24 tahun, yakni 29 dan 33 tahun

Susi Susanti meraih emas Olimpiade 1992 dalam usia 21 tahun, sama dengan Li Xuerui di London pada 2012, sedangkan An Se-young meraih medali emas Olimpiade Paris 2024 dalam usia 22 tahun.

Eloknya, kegagalan bulu tangkis dalam merawat tradisi emas berhasil ditutupi oleh sukses emas panjat tebing dan angkat besi.

Angkat besi yang selalu mempersembahkan medali sejak Olimpiade 2000 dan panjat tebing yang pertama kali memainkan nomor speed secara terpisah dalam Olimpiade Paris, berhasil mengisi kekosongan emas yang dibuat bulu tangkis.

Veddriq Leonardo yang tampil konsisten sehingga terus di depan lawan-lawannya sejak awal sampai akhir kompetisi, mempersembahkan medali emas panjat tebing speed putra.
Atlet panjat tebing Indonesia Veddriq Leonardo berfoto dengan pengunjung di Champions Park, Trocadero, Paris, Prancis, Jumat (9/8/2024). Champions park merupakan lokasi yang dikunjungi atlet pemenang Olimpiade Paris 2024 dari berbagai negara untuk merayakan kemenangan dan berinteraksi dengan pengunjung. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/nz
Baca juga: Veddriq persembahkan emas pertama Indonesia di Olimpiade Paris

Hari itu, Kamis 8 Agustus 2024, Indonesia juga mendapatkan sumbangan emas dari lifter Rizki Juniansyah yang menjadi kampiun dalam nomor 73kg putra, sembari mencetak rekor Olimpiade angkatan clean and jerk dalam kelas itu.

Rizki berhasil menembus rintangan 24 tahun yang berusaha dirobohkan angkat besi dalam mendapatkan emas pertama Olimpiade.

Fakta bahwa Rizki masih berusia 21 tahun, atau 14 tahun lebih muda dari Eko Yuli Irawan yang melegenda, membersitkan harapan bahwa Indonesia bisa mendapatkan emas lagi dari angkat besi, paling tidak untuk dua Olimpiade lagi.

Panjat tebing juga tak kalah hebat dalam memberikan harapan. Fakta, banyak atlet Indonesia bolak balik di puncak kompetisi, khususnya speed, menjadi jaminan sukses emas Veddriq bukan yang terakhir.

Baca juga: Menpora sebut mentalitas jadi kunci atlet raih medali emas Olimpiade
Baca juga: Presiden "video call" bersama dua peraih medali emas Olimpiade 2024

Selanjutnya: Maksimalkan bonus alam

Copyright © ANTARA 2024